SELAMAT DATANG DI GROW REKOLEKSI ,PELATIHAN SDM DAN MOTIVASI GROW REKOLEKSI MOTIVASI - INSPIRASI: November 2011

Sabtu, 26 November 2011

Soft skill "Apa" dan "Bagaimana"

Oleh : Nicolas Sularno,S.Ag

Modul training dan pembicara publik soft skill di Indonesia sangat beragam: Leadership, Komunikasi, Motivasi, Mind Set, Team Building, Ethos, Supervisory, Teknik Presentasi, Coaching, Counselling, Pengembangan Diri, Kecerdasan Emosi, Training for Trainer, ESQ, Customer Service, Building Trust, Interpersonal Communication Skill, Problem Solving Decision Making, Time Management, Basic Mentallity, Persiapan Pensiun/Purna Karya, Feedback Penilaian Karya/Manajemen Kinerja, Budaya Perusahaan.

Metode pembelajarannya pun beraneka macam: Workshop, Seminar, Training, Coaching, Mentoring, E-Learning, Audio Video Leaning, Experential Learning. Pendekatan keilmuan yang digunakan aneka rupa: Teori Psikologi, NLP, Hypnoterapi, Hipnotis, Teori Komunikasi, Teori Leadership, Konsep Organisasi, Ilmu Management.

Why soft skill training tumbuh pesat? konon masalah terbesar bangsa Indonesia ada di manusia. Sikap dan perilaku karyawan paling sering dikeluhkan oleh hampir sebagian besar manajemen usaha di Indonesia. Dari lesunya motivasi, ketidak cakapan memimpin, munculnya kasus-kasus karyawan indispliner hingga kerjasama tim yang lemah.

Sejumlah besar lembaga training Indonesia menyediakan modul soft skill training. Soft skill training secara sederhana bisa dipahami sebagai pelatihan yang orientasinya lebih pada pengembangan dan perubahan sikap dan attitude trainee (peserta training).

Satu sisi sangat dibutuhkan, namun di sisi lain relatif sulit pengukuran keberhasilan investasinya. Satu sisi sebagai management perusahaan ingin semuanya terukur, dapat dipertanggungjawabkan. Di sisi lain amatlah tidak mudah mendapat vendor training/trainer yang bisa menjamin secara persis efektifitas training dan waktu baliknya investasi. Benci tapi rindu.

Tulisan ini baru mengulas secara umum tentang soft skill training. Saya akan membahas cara-cara strategis yang dapat dipilih untuk memaksimalkan hasil soft skill training pada tulisan berikutnya
READ MORE - Soft skill "Apa" dan "Bagaimana"

GURU SEBAGAI FASILITATOR


Oleh: Nicolas Sularno,S.Ag

Dalam konteks pendidikan, istilah fasilitator semula lebih banyak diterapkan untuk kepentingan pendidikan orang dewasa (andragogi), khususnya dalam lingkungan pendidikan non formal. Namun sejalan dengan perubahan makna pengajaran yang lebih menekankan pada aktivitas siswa, belakangan ini di Indonesia istilah fasilitator pun mulai diadopsi dalam lingkungan pendidikan formal di sekolah, yakni berkenaan dengan peran guru pada saat melaksanakan interaksi belajar mengajar.

Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.

Peran guru sebagai fasilitator membawa konsekuensi terhadap perubahan pola hubungan guru-siswa, yang semula lebih bersifat “top-down” ke hubungan kemitraan. Dalam hubungan yang bersifat “top-down”, guru seringkali diposisikan sebagai “atasan” yang cenderung bersifat otoriter, sarat komando, instruksi bergaya birokrat, bahkan pawang, sebagaimana disinyalir oleh Y.B. Mangunwijaya (Sindhunata, 2001). Sementara, siswa lebih diposisikan sebagai “bawahan” yang harus selalu patuh mengikuti instruksi dan segala sesuatu yang dikehendaki oleh guru.

Berbeda dengan pola hubungan “top-down”, hubungan kemitraan antara guru dengan siswa, guru bertindak sebagai pendamping belajar para siswanya dengan suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan. Oleh karena itu, agar guru dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator seyogyanya guru dapat memenuhi prinsip-prinsip belajar yang dikembangkan dalam pendidikan kemitraan, yaitu bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila:

  1. Siswa secara penuh dapat mengambil bagian dalam setiap aktivitas pembelajaran
  2. Apa yang dipelajari bermanfaat dan praktis (usable).
  3. Siswa mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuan dan keterampilannya dalam waktu yang cukup.
  4. Pembelajaran dapat mempertimbangkan dan disesuaikan dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya dan daya pikir siswa.
  5. Terbina saling pengertian, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa
READ MORE - GURU SEBAGAI FASILITATOR

DUNIA SMK


Kelompok Mata Pelajaran Normatif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk peserta didik menjadi pribadi utuh, yang memiliki norma-norma kehidupan sebagai makhluk individu maupun makhluk social, baik sebagai warga Negara Indonesia maupun sebagai warga dunia.

Program normatif diberikan agar peserta didik bisa hidup dan berkembang selaras dalam kehidupan pribadi, sosial dan bernegara. Program ini berisi mata diklat yang lebih menitikberatkan pada norma, sikap dan perilaku yang harus diajarkan, ditanamkan, dan dilatihkan pada peserta didik, di samping kandungan pengetahuan dan keterampilan yang ada di dalamnya.

Kelompok Mata Pelajaran normatif berlaku sama untuk semua program keahlian. Adapun mata pelajaran terdiri atas : Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani, Olahraga & Kesehatan, Pendidikan Seni Budaya.

Kelompok Mata Pelajaran Adaptif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyelesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Program adaptif berisi mata diklat yang lebih menitikberatkan pada pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep dan prinsip dasar ilmu dan teknologi yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan atau melandasi kompetensi untuk bekerja.

Program adaptif diberikan agar peserta didik tidak hanya memahami dan menguasai “ apa “ dan “ bagaimana “ suatu pekerjaan dilakukan, tetapi memberi juga pemahaman dan penguasaan tentang “ mengapa “ hal tersebut harus dilakukan.

Program adaptif terdiri dari kelompok mata diklat yang berlaku sama bagi semua program keahlian dan mata diklat yang hanya berlaku bagi program keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing program keahlian. Adapun mata pelajaran terdiri megliputi Matematika, Bahasa Inggris, IPA, IPS, Kewirausahaan, Keterampilan Komputer & Pengelolaan Informasi.

Kelompok Mata Pelajaran Produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Dalam hal SKKNI belum ada, maka digunakan standar kompetensi yang disepakati oleh forum yang di anggap mewakili dunia usaha/industri atau asosiasi profesi.

Program produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia usaha / industri atau asosiasi profesi. Program produktif diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian.

Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.

Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan sesuai dengan program keahlian yang diselenggarakan. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.

Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ini dilaksanakan di luar waktu belajar sekolah

SMK BISA !

READ MORE - DUNIA SMK