Dona bekerja sebagai seorang konsultan di sebuah perusahaan bir. Tugas Dona adalah membantu direktur dan para wakil direktur senior merumuskan dan menerapkan pandangan strategis baru mereka. Pekerjaan itu sungguh pekerjaan yang penuh tantangan. Pada waktu yang bersamaan, ibu saya sedang mengidap sakit kanker tahap akhir. Dona bekerja sepanjang hari dan mengendarai mobil sejauh 60 km untuk pulang ke rumah dan menemaninya setiap malam. "Hal itu sangat melelahkan dan menimbulkan stres," tetapi saya memang menghendakinya. Tekad saya adalah terus mengerjakan tugas konsultasi saya dengan sebaik-baiknya di siang hari, meskipun malam harinya saya menjalani kehidupan yang berat. Saya tidak ingin mengganggu direktur saya dengan menceritakan keadaan saya, tetapi saya rasa seseorang di perusahaan perlu tahu apa yang sedang saya alami. Jadi, saya menceritakan keadaan tersebut wakil direktur bidang Sumber Daya Manusia. Saya memintanya untuk tidak menceritakan hal itu kepada siapa pun. Beberapa hari kemudian, sang direktur memanggil saya ke kantornya. Mula-mula saya mengira beliau hendak membicarakan salah satu perkara yang sedang kami tangani. Ketika masuk ke kantornya, dia mempersilakan saya duduk. Dia duduk di hadapan saya, di balik meja kerjanya yang besar. Dia menatap mata saya dan berkata, “Saya dengar ibumu sedang sakit parah.” Saya benar-benar terkejut dan langsung menangis. Dia tetap memandang saya, dan menunggu sampai tangis saya mereda. Lalu, dengan lembut dia mengucapkan sebuah kalimat yang tak akan pernah saya lupakan: “Apa pun yang kamu perlukan.” Itulah. Sikapnya yang penuh pengertian dan kesediannya untuk tetap membiarkan saya menghadapi derita saya sambil sekaligus menawari saya segalanya adalah kualitas belas kasih yang selalu saya ingat terus sampai sekarang.
Kamis, 30 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar