SELAMAT DATANG DI GROW REKOLEKSI ,PELATIHAN SDM DAN MOTIVASI GROW REKOLEKSI MOTIVASI - INSPIRASI: 2010

Kamis, 30 Desember 2010

Millenium Development Goals - NU

Ketua Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama – Kofifah Indarparwangsa meminta, seluruh anggota mendukung pencapaian Millenium Development Goals (MDGs).

Para anggota Muslimat Nahdlatul Ulama, hendaknya selalu mendukung upaya Pemerintah Pusat dalam upaya capaian Millenium Development Goals atau MDGs. Ketua Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama – Kofifah Indarparawangsa disela-sela pembukaan Konferensi Wilayah keempat Muslimat NU di Denpasar mengatakan, setiap anggotanya diwajibkan untuk melakukan langkah konkrit pada sektor-sektor yang diamanatkan dalam MDGs. Dikatakan, salah satu program nyata yang telah pihaknya lakukan, berupa pelestarian lingkungan dengan aksi penanaman pohon dan upaya penyediaan layanan kesehatan bagi perempuan dan ibu hamil. Khusus untuk program kesehatan, menurutnya adalah program yang telah ditetapkan kedalam rencana utama Muslimat Nahdlatul Ulama pada Kongres tahun 2006 lalu.

Melalui berbagai aksi nyata dibidang kesehatan tersebut, diharapkan mampu mewujudkan Pelayanan Indonesia Sehat tahun 2011 mendatang. Sementara itu terkait pelaksanaan Konferensi Wilayah keempar Muslimat Nahdlatul Ulama yang mengangkat tema Melalui Konferensi Wilayah keempat Muslimat NU Provinsi Bali, kita tingkatkan ekonomi, kesehatan dan pendidikan warga muslimat NU, dilakukan pembahasan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muslimat Nahdlatul Ulama Provinsi Bali. Kofifah Indarparawangsa pun berharap, dengan AD ART dan Ketua yang baru, mampu membawa arah kebijakan yang lebih baik terhadap eksistensi para anggota Muslimat NU ditengah masyarakat. ****news on line

READ MORE - Millenium Development Goals - NU

SEMANGAT PANTANG MENYERAH ...

Sekelompok kodok sedang berjalan jalan melintasi hutan. Dua di antara kodok tersebut terjatuh ke dalam sebuah lubang. Sementara itu semua kodok-kodok lain mengelilingi lubang tersebut. Ketika melihat betapa dalam lubang tersebut, mereka berkata pada ke dua kodok di bawah bahwa mereka lebih baik mati. Kedua kodok tersebut mengacuhkan komentar komentar itu dan mencoba melompat keluar dari lubang itu dengan segala kemampuan yang ada. Kodok lainnya tetap mengatakan agar mereka berhenti melompat dan lebih baik mati.

Akhirnya, salah satu dari kodok yang ada di lubang itu mendengarkan kata-kata kodok yang lain dan menyerah. Dia terjatuh dan mati. Sedang kodok yang satunya tetap melanjutkan untuk melompat sedapat mungkin. Sekali lagi kerumunan kodok-kodok di pinggir lubang berteriak padanya agar berhenti berusaha dan mati saja. Dia bahkan berusaha lebih kencang dan akhirnya berhasil.

Ketika dia sampai di atas, ada kodok yang bertanya, “Apa kau tidak mendengar teriakan kami?”. Lalu kodok itu (dengan membaca gerakan bibir kodok yang lain) menjelaskan bahwa ia tuli. Akhirnya mereka sadar bahwa saat di bawah tadi mereka dianggap telah memberikan semangat kepada kodok itu.

Pelajaran :


1–Kekuatan hidup dan mati ada di lidah. Kekuatan kata-kata yang diberikan pada seseorang yang sedang “jatuh” justru dapat membuat orang tersebut bangkit dan membantu mereka dalam menjalani hari-hari.

2–Kata-kata buruk yang diberikan pada seseorang yang sedang “jatuh” dapat membunuh mereka. Hati-hatilah dengan apa yang akan diucapkan.

Suarakan ‘Kata-kata kehidupan’ kepada mereka yang sedang menjauh dari jalur hidupnya. Kadang-kadang memang sulit dimengerti bahwa ‘Kata-kata kehidupan’ itu dapat membuat kita berpikir dan melangkah jauh dari yang kita perkirakan. Semua orang dapat mengeluarkan ‘Kata-kata Kehidupan’ untuk membuat rekan dan teman atau bahkan kepada yang tidak kenal sekalipun untuk membuatnya bangkit dari keputusasaanya, kejatuhannya, kemalangannya. Sungguh indah apabila kita dapat meluangkan waktu kita untuk memberikan spirit bagi mereka yang sedang putus asa dan jatuh. Tuhan memberkati **** nico s
READ MORE - SEMANGAT PANTANG MENYERAH ...

APAPUN YANG ANDA PERLUKAN...


Alkisah....

Dona bekerja sebagai seorang konsultan di sebuah perusahaan bir. Tugas Dona adalah membantu direktur dan para wakil direktur senior merumuskan dan menerapkan pandangan strategis baru mereka. Pekerjaan itu sungguh pekerjaan yang penuh tantangan. Pada waktu yang bersamaan, ibu saya sedang mengidap sakit kanker tahap akhir. Dona bekerja sepanjang hari dan mengendarai mobil sejauh 60 km untuk pulang ke rumah dan menemaninya setiap malam. "Hal itu sangat melelahkan dan menimbulkan stres," tetapi saya memang menghendakinya. Tekad saya adalah terus mengerjakan tugas konsultasi saya dengan sebaik-baiknya di siang hari, meskipun malam harinya saya menjalani kehidupan yang berat. Saya tidak ingin mengganggu direktur saya dengan menceritakan keadaan saya, tetapi saya rasa seseorang di perusahaan perlu tahu apa yang sedang saya alami. Jadi, saya menceritakan keadaan tersebut wakil direktur bidang Sumber Daya Manusia. Saya memintanya untuk tidak menceritakan hal itu kepada siapa pun. Beberapa hari kemudian, sang direktur memanggil saya ke kantornya. Mula-mula saya mengira beliau hendak membicarakan salah satu perkara yang sedang kami tangani. Ketika masuk ke kantornya, dia mempersilakan saya duduk. Dia duduk di hadapan saya, di balik meja kerjanya yang besar. Dia menatap mata saya dan berkata, “Saya dengar ibumu sedang sakit parah.” Saya benar-benar terkejut dan langsung menangis. Dia tetap memandang saya, dan menunggu sampai tangis saya mereda. Lalu, dengan lembut dia mengucapkan sebuah kalimat yang tak akan pernah saya lupakan: “Apa pun yang kamu perlukan.” Itulah. Sikapnya yang penuh pengertian dan kesediannya untuk tetap membiarkan saya menghadapi derita saya sambil sekaligus menawari saya segalanya adalah kualitas belas kasih yang selalu saya ingat terus sampai sekarang.

READ MORE - APAPUN YANG ANDA PERLUKAN...

Mari Menjadi Lebih Bijak Gitu Loh

1. Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum pernah anda miliki, Anda harus bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan.

If you want something you’ve never had, you must be willing to do something you’ve never done.

2. Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar. Tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar.


3. Visi tanpa eksekusi adalah lamunan. Eksekusi tanpa visi adalah mimpi buruk.

Vision without execution is a daydream. Execution without vision is a nightmare.

4. Hidup ini singkat. Tidak ada waktu untuk meninggalkan kata-kata penting tak terkatakan.

Life is short. There is no time to leave important words unsaid.

5. Cara memulai adalah dengan berhenti berbicara dan mulai melakukan.

The way to get started is to quit talking and begin doing.

6. Mereka yang dapat memberi tanpa mengingat, dan menerima tanpa melupakan akan

diberkati.

Blessed are those that can give without remembering and receive without forgetting.
READ MORE - Mari Menjadi Lebih Bijak Gitu Loh

Rabu, 07 Juli 2010

KULIAH TEKNOLOGI INFORMASI KOMPUTER DI STPKat

Sekolah Tinggi Partoral Kateketik (STPKat) St.Fransiskus Assisi Semarang mencantumkan mata kuliah Teknologi Informasi dan Komputer (TIK) sebagai salah satu mata kuliah yang harus ditempuh oleh mahasiswa S1 yang diampu oleh Dosen Maria Anna Nuning Minarsih,S.Pd.,S.Kom. Mata kuliah bertujuan agar mahasiswa STPKat menguasai operasinal komputer. Diharapkan mereka tidak akan keseuliatan apabila harus mengerjakan tugas perkuliahan dalam bentuk ketikan komputer, sehingga ketika harus mengerjakan Skripsi dapat mengerjakannya dengan lancar. Progam perkuliahan yang diagendakan antara lain MS Word dan Apllikasinya, Microsoft Excell,Power Power Point, Internet, SPSS. Diharapkan alumni STPKat akan mampu menjadi guru agama yang berwawasan global sehingga dapat menyajikan materi pelajaran di kelas baik SD,SMP,SMA/SMK maupun Perguruan Tinggi dengan menggunakan multimedia pembelajaran dan dapat mengikuti perkembangan jaman. Sehingga mata pelajaran agama dapat lebih menarik minat siswa. Inilah harapan dari mata kuliah TIK, sekaligus merupakan tujuan dari STPKAt St.Fransiskus Assisi Semarang. Berkah Dalem.
READ MORE - KULIAH TEKNOLOGI INFORMASI KOMPUTER DI STPKat

Kamis, 17 Juni 2010

PEMBERIAN MOTIVASI GURU DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN


Pemberian motivasi guru dalam pembelajaran dapat terdiri atas Pemberian Penghargaan, yang dapat menumbuhkan inisiatif, kemampuan-kemampuan yang kreatif dan semangat berkompetisi yang sehat, pemberian penghargaan sebagai upaya pembinaan motivasi tidak selalu harus berwujud atau barang, tetapi dapat juga berupa pujian-pujian dan hadiahhadiah
im-material. Pemberian perhatian yang cukup terhadap siswa dengan segala potensi yang dimilikinya merupakan bentuk motivasi yang sederhana, karena banyak yang tidak memiliki motivasi belajar diakibatkan tidak dirasakannyaadanya perhatian.
Ajakan Berpartisipasi. Pada diri manusia ada sesuatu perasaan yang dihargai apabila dia dilibatkan pada sesuatu kegiatan yang dianggap berharga. Oleh karena itu guru, harus selalu mengajak dan mengulurkan tangan bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran guna lebih bergairah dalam belajar dan memperkaya proses interaksi antar potensi siswa dalam proses pembelajaran.
Kata Kunci: motivasi, proses pembelajaran, proses interaksi pembelajaran.
A. Pendahuluan
Kegiatan pembelajaran yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu
motivasi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangunmakna dan pemahaman. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing,mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik dalam jalur formal. Guru dalam menjalankan fungsinya diantaranya berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis,dialogis, dan memberikan motivasi kepada siswa dalam membangun gagasan, prakarsa, dan tanggung jawab siswa untuk belajar.

B. Motivasi yang timbul dari dirinya untuk berbuat sesuatu muncul secara kodrati dari diri manusia itu sendiri disebut motivasi intrinsik, sedangkan manusia yang menyebabkan mampu melaksanakan tugas dengan maksimal karena ada dorongan dari luar disebut motivasi ekstrinsik. Dengan demikian guru diharapkan merupakan orang yang karena profesinya sanggup menimbulkan dan mengembangkan motivasi untuk kepentingan proses aspek-aspek pembelajaran di dalam kelas yang keberadaan siswanya berbeda-beda secara individual, misalnya perbedaan minat, bakat, kebutuhan, kemampuan, latar belakang sosial dan konsep-konsep yang dipelajari. Dengan motivasi dari guru merupakan faktor yang berarti dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Dua pembangkit motivasi belajar yang efektif adalah keingintahuan dan keyakinan dalam kemampuan diri. Setiap siswa memiliki rasa ingin tahu, maka guru perlu memotivasi dengan pertanyaan diluar kebiasaan atau tugas yang menantang disertai penguatan bahwa siswa mampu melakukannya. Dengan demikian salah satu upaya guru yaitu memberikan motivasi kepada siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pengertian Motivasi pengertian motivasi menurut kamus bahasa indonesia adalah dorongan yang timbul dalam diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan tindakan, tujuan tertentu. Menurut E. Kusmana Fachrudin (2000:44) motivasi dibedakan atas dua golongan yaitu :
1. Motivasi Asli. Motivasi asli adalah motivasi untuk berbuat sesuatu atau dorongan untuk melakukan sesuatu yang muncul secara kodrati pada diri manusia.
2. Motivasi Buatan. Motivasi buatan adalah motivasi yang masuk pada diri seseorangbaik usaha yang disengaja maupun secara kebetulan. Sejalan dengan pendapat Irianto (1997:247), motivasi eksternal adalah setiap pengaruh dengan maksud menimbulkan, menyalurkan atau memelihara perilaku manusia. Dipertegas oleh Mulia Nasution (2000:11), motivasi dari luar adalah pembangkit, penguat, dan penggerak seseorang yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Dari beberapa pendapat diatas maka, jelas motivasi merupakan faktor yang berarti dalam mendorong seseorang untuk menggerakkan segala potensi yang ada, menciptakan keinginan yang tinggi serta meningkatkan semangat sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Motivasi Guru Dalam Pembelajaran

Motivasi yang sengaja dibentuk oleh orang luar dalam hal ini guru dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
1. Pemberian Penghargaan. Dengan pemberian penghargaan ini dapat besifat positif karena dapat menumbuhkan inisiatif, kemampuan-kemampuan yang kreatif dan semangat berkompetisi yang sehat, pemberian penghargaan sebagai upayapembinaan motivasi tidak selalu harus berwujud atau barang, tetapi dapat juga berupa pujian-pujian dan hadiah-hadiah
im-material.
2. Pemberian Perhatian. Pemberian perhatian yang cukup terhadap siswa dengan segala potensi yang dimilikinya merupakan bentuk motivasi yang sederhana, karena banyak yang tidak memiliki motivasi belajar diakibatkan tidak dirasakannya adanya perhatian. Sebagaimana yang dijelaskan Dimyati dan Mudjiono (2002:42) prinsip-prinsip yang berkaitan dengan perhatian dan motivasi pembelajaran yaitu perhatian merupakan peranan penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin adanya pembelajaran. Perhatian akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya, apabila bahan pelajaran dirasakan sebagai suatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan sehari-hari akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada, maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.
3. Ajakan Berpartisipasi. Pada diri manusia ada sesuatu perasaan yang dihargai apabila dia
dilibatkan pada sesuatu kegiatan yang dianggap berharga. Oleh karena itu guru, harus selalu mengajak dan mengulurkan tangan bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran guna lebih bergairah dalam belajar dan memperkaya proses interaksi antar potensi siswa dalam proses pembelajaran.
Selain hal-hal diatas, untuk membangkitkan motivasi yang efektif adalah melalui prnsip-prinsip motivasi dalam belajar. Setiap siswa memiliki rasa ingin tahu, oleh karena itu guru memberikan penguatan bahwa siswa pasti bisa. Prinsip-prinsip motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut :
1. Kebermaknaan.
Siswa akan termotivasi untuk belajar jika kegiatan dan materi belajatr dirasa bermakna bagi dirinya. Keberadaan lazimnya terkait dengan bakat, minat, pengetahuan, dan tata nilai siswa.
2.Pengetahuan dan keterampilan Prasyarat.
Siswa akan dapat belajat dengan baik jika dia telah menguasai semua prasyarat baik berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Oleh karena itu, siswa akan menggunakan pengetahuan awalnya untuk menafsirkan informasi dan pengalamannya. Penafsiran itu akan membangun pemahaman yang dipengaruhi oleh pengetahuan awal itu. Dengan demikian, guru perlu memahami pengetahuan awal siswa untuk
dikaitkan dengan bahan yang akan dipelajarinya. Sehingga membuat belajar menjadi lebih mudah dan bermakna.
3. Model.
Siswa akan menguasai keterampilan baru dengan baik jika guru memberikan contoh dan model untuk dilihat dan ditiru.
4. Komunikasi Terbuka.
Siswa akan termotivasi untuk belajar jika penyampaian dilakukan secara terstuktur sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa sehingga pesan pembelajaran dapat dievaluasi dengan tepat.
5. Keaslian dan Tugas yang Menantang.
Siswa akan termotivasi untuk belajar jika mereka disediakan materi, kegiatan baru ataugagasan murni/asli (novelty) dan berbeda. Kebaruan atau keaslian gagasan akan menambah konsentrasi siswa pada pembelajaran.
Hal ini berpengaruh pada pencapaian hasil belajar. Konsentrasi juga dapat bertambah bila siswa menghadapi tugas yang menantang dan sedikit melebihi kemampuan. Sebaliknya bila tugas terlalu jauh dari kemampuan, akan terjadi kecemasan, dan bila tugas kurang dari kemampuan akan terjadi kebosanan.
6. Latihan yang Tepat dan Aktif.
Siswa akan dapat menguasai materi pembelajaran dengan efektif jika KBM memberikan kegiatan latihan yang sesuai dengan kemamapuan siswa dan siswa dapat berperan aktif untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
7. Penilaian Tugas.
Siswa akan memperoleh pencapaian belajar yang efektif jika tugas dibagi dalam rentang waktu yangtidak terlalu panjang dengan frekuensi pengulangan yang tinggi.
8. Kondisi dan Konsekuensi yang Menyenangkan.
Siswa akan belajar dan terus belajar jika kondisi pembelajaran dibuat menyenangkan, nyaman dan jauh dari perilaku yang menyakitkan perasaan siswa. Belajar melibatkan perasaan. Suasana belajar yang menyenangkan sangat diperlukan karena otak tidak akan bekerja optimal bila perasaan dalam keadaan tertekan. Perasaan senang biasanya akan muncul bila belajar diwujudkan dalam bentuk permainan khususnya pendidikan usia dini. Selanjutnya bermain dapat dikembangkan menjadi eksperimentas yang lebih tinggi.
9. Keragaman Pendekatan.
Siswa akan belajar jika mereka diberi kesempatan untuk memilih dan menggunakan berbagai pendekatan dan stategi belajar. Pengalaman belajar tidak hanya berorientasi pada buku teks tetapi juga dapat dikemas dalam berbagai kegiatan praktis seperti
proyek, simulasi, drama dan atau penelitian/pengujian.
10. Mengembangkan Beragam Kemampuan.
Siswa akan belajar secara optimal jika pelajaran disajikan dapat mengembangkan berbagai kemampuan seperti kemampuan logis matematis, bahasa, musik, kinestetik, dan kemampuan inter maupun intra personal. Tiap siswa memiliki lebih dari satu kecerdasan yang meliputi kecerdasan : musik, gerak badan (kinestetik), logika-matematika, bahasa, ruang, intra pribadi, dan antar pribadi. Sekolah perlu menyediakan berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan kecerdasan itu berkembang; sehingga anak dengan berbagai kecerdasan yang berbeda dapat terlayani secara optimal.
11. Melibatkan
Sebanyak Mungkin Indera. Siswa akan menguasai hasil belajar dengan optimal jika dalam belajar siswa dimungkinkan menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan isi pembelajaran.
12. Keseimbangan Pengaturan Pengalaman Belajar.
Siswa akan lebih menguasai materi pembelajaran jika pengalaman belajar diatur sedemikian rupa sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk membuat suatu refleksi penghayatan, mengungkapkan dan mengevaluasi apa yang dia pelajari.

Kesimpulan


1. Guru adalah merupakan orang yang karena profesinya sanggupmenimbulkan dan mengembangkan motivasi untuk kepentingan proses pembelajaran di kelas sehingga tercapai tujuan pembelajaran dengan cara: pemberian penghargaan, pemberian perhatian, dan ajakan berpartisipasi.
2. Prinsip-prinsip motivasi dala pembelajaran, teridiri atas: kebermaknaan, pengetahuan dan keterampilan prasyarat, model, komunikasi terbuka, keaslian dan tugas yang menantang, latihan yang tepat dan aktif, penilaian tugas, kondisi dan konsekuensi
yang menyenangkan, keragaman pendekatan, mengembangkan beragam kemampuan, melibatkan sebanyak mungkin indera, dan keseimbangan pengaturan pengalaman belajar.

Selamat berprestasi - SALAM GROW - Nico S














READ MORE - PEMBERIAN MOTIVASI GURU DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

Selasa, 18 Mei 2010

AKU YANG SESUNGGUHNYA


Ini merupakan pertanyaan mendasar yang dibutuhkan jawabannya oleh setiap manusia. Individu disebut sehat secara psikologis jika menemukan dirinya sebagai pribadi unik tanpa keterpisahan dari orang lain. Kendati perasaannya menyatu dengan semua orang, ia tidak meleburkan diri pada kelompok secara membabi buta alias mengenakan identitas massa.

“Saya seorang pengusaha”, “saya seorang polisi”, “saya seorang dokter”, “saya orang Jawa”, ”saya keturunan Arab”, “saya beragama Islam”, “saya orang Katolik”, dan sebagainya merupakan pernyataan yang dapat sangat berarti. Kebangsaan, suku, agama, status/profesi sering kali membantu memberikan rasa identitas sebelum seseorang menemukan yang asli dan unik.

Untuk mengetahui adanya kesadaran mengenai identitas sejati dalam diri kita, dapat dibayangkan dengan mengandaikan situasi ketika seseorang bertanya, “Siapakah aku menurut yang kamu ketahui?” Mungkin ada yang menjawab, “Kamu seorang pengusaha yang sukses” atau “Kamu orang Ambon beragama Islam”, dan lain-lain.
Apakah kita cukup puas dengan mengetahui identitas kita seperti itu? Apakah kita sudah merasa sangat berharga dengan keanggotaan kita dalam suatu kelompok kebangsaan, suku, agama, status/profesi?

Jawaban seperti itu tidak akan cukup memuaskan orang yang telah menemukan siapa sejati dirinya. Ia baru akan puas bila mendapat jawaban yang sesuai dengan pengenalannya terhadap diri sendiri yang unik, seperti “Kamu itu sersan: tampak santai-santai ternyata serius,” atau “Kamu orang yang unik: tegas tetapi lembut juga,” atau “Kamu ini bertampang residivis, tetapi berhati malaikat,” dan sebagainya.

Namun, penemuan identitas diri sebenarnya tidaklah sesingkat jawaban-jawaban tersebut. Hal yang paling mendasar dalam penemuan identitas diri sejati adalah adanya perasaan sebagai individu yang unik, merasakan “aku” sebagai pusat dan subyek aktif dari potensi-potensinya, dan mengalami dirinya apa adanya, bebas dari tekanan otoritas tertentu.

Kebalikan dari penemuan identitas diri adalah keadaan individu yang menggantungkan identitasnya pada hal-hal yang bersifat eksternal, umumnya bergantung pada kelompok di mana ia menjadi bagiannya.

Tidak semua orang dapat menemukan identitas diri sejati. Mayoritas dari kita masih mengenakan identitas massa: mengabaikan potensi untuk berpikir-merasa-bertindak secara asli sesuai “cita rasa” sejatinya. Kita menggantikannya dengan pikiran, perasaan, dan tindakan sesuai dengan yang diinginkan oleh kelompok di mana kita menjadi bagiannya atau yang diinginkan oleh otoritas tertentu.

Kebutuhan identitas
“Aku adalah sebagaimana keinginanmu” merupakan judul sebuah drama yang pernah ada. Erich Fromm dalam bukunya, The Sane Society, melihat bahwa drama yang ditulis oleh Pirandello itu mencerminkan kondisi di mana rasa identitas seseorang bersandar pada rasa yang dimiliki oleh orang banyak tanpa dapat dipertanyakan (dikritisi).

Uniformitas (penyeragaman dalam berpikir, merasa, dan bertindak) dan konformitas (mengikuti sikap dan perilaku kelompok) sering kali tidak disadari dan diselubungi dengan ilusi individualitas.

Menurut Fromm, problem rasa identitas tidaklah seperti yang dipahami orang pada umumnya: semata-mata dianggap sebagai problem filosofis. Kebutuhan akan rasa identitas keluar dari kondisi dasariah eksistensi manusia dan merupakan sumber perjuangan yang amat intensif. “Karena saya tidak dapat sehat tanpa rasa aku, saya terdorong berbuat apa saja untuk mendapatkan rasa tersebut.”

Lebih lanjut Fromm menjelaskan, di balik penderitaan yang berat, status dan konformitas begitu dibutuhkan dan kadang lebih kuat dari kebutuhan untuk bertahan hidup secara fisik.

Hal ini dapat dilihat dari adanya fakta orang rela mempertaruhkan hidup, mengorbankan cinta, menyerahkan kebebasan, mengorbankan ide-ide demi menjadi suatu kelompok yang konformis, dan dengan demikian memperoleh rasa identitas, walaupun hanya ilusi belaka.

Masyarakat kita
Fakta yang disebutkan oleh Fromm pada tahun 1955 dengan konteks masyarakat Amerika itu masih tampak dalam masyarakat kita saat ini. Identitas massa tampak dari adanya orang-orang yang tidak berani berpikir, berpendapat, bersikap, dan bertindak berbeda dari kelompok di mana ia menjadi bagiannya kendati kelompoknya melakukan kesalahan.

Identitas massa juga tampak dari fenomena saat para pemuda, ibu-ibu, bapak-bapak, dan juga anak-anak digiring untuk melakukan aksi (demonstrasi atau mengikuti arus pikiran tertentu) tanpa benar-benar memahami maknanya.

Bila ditanya mengapa ia melakukan aksi itu, jawaban yang diberikan akan dicari-cari sesuai dengan apa yang kira-kira diharapkan oleh pihak yang memiliki otoritas atas dirinya atau oleh pemberi perintah.

Tampak bahwa jawaban yang diberikan bukan bersumber dari pemikiran atau perasaan asli dari dalam dirinya. Ekspresi mereka tampak kosong dengan mata bergerak mencari-cari. Atau sebaliknya, justru berlebihan dalam ekspresi, tetapi tetap tampak sebagai pembeo.

Kita juga dengan mudah menemukan bagaimana para orang dewasa (bukan hanya orang muda atau anak-anak) masih senang menyatakan, “Saya hanya menjalankan perintah” atau terlalu sering menyatakan, “Menurut petunjuk …….”.

Begitu sering kita menemukan fenomena identitas massa, tak lain merupakan hasil pendekatan otoriter yang diterapkan secara kolektif pada masa lalu. Pada level pemerintah, kita mengenal rezim Soeharto yang selama 30-an tahun menggunakan pendekatan militeristik. Pada level keluarga, banyak orangtua yang mengalami keotoriteran penguasa meneruskan pendekatan itu dalam keluarga.

Bukan hanya keotoriteran yang memungkinkan berkembangnya identitas massa. Dalam masyarakat, kita juga dapat melihat berbagai gaya hidup telah menjadi begitu penting dan “mengatur” bagaimana orang mengembangkan identitas dirinya.
Tampak kegelisahan orang-orang untuk selalu dapat mengikuti gaya hidup tertentu yang pada umumnya berbau materialisme. Mereka telah berilusi “menemukan identitas diri” dengan menjadi bagian dari kelompok dengan gaya hidup tertentu.

Identitas dan moralitas
“Malu” merupakan hal yang diharapkan oleh masyarakat bila seseorang diketahui melakukan tindakan amoral, melanggar norma masyarakat. Rasa malu merupakan pertanda bahwa seseorang mempertimbangkan pikiran dan perasaan masyarakat pada umumnya.

Memiliki rasa malu memang lebih baik daripada tidak memiliki rasa malu ketika seseorang berbuat amoral. Namun, bila hanya memiliki rasa malu, tanpa merasa bersalah karena telah mengingkari suara hatinya sendiri, hal itu berarti ia masih membuka peluang diri untuk melakukan tindakan amoral berikutnya asalkan tidak diketahui oleh masyarakat. Identitas diri yang dikembangkan orang seperti ini masih berupa identitas massa.

Hal yang paling penting bila seseorang berbuat amoral adalah adanya rasa bersalah karena telah mengingkari suara hatinya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah mengembangkan identitas diri tidak hanya berdasarkan otoritas massa, tetapi juga telah bersentuhan dengan suara hati yang merupakan sumber dari identitas sejati yang dapat dimiliki setiap orang.

Mental yang sehat
Kebutuhan fisik (makan, minum, seks) merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak berbeda dengan binatang. Meskipun kebutuhan dasar ini sepenuhnya terpuaskan, bukanlah jaminan bagi kesehatan dan kesejahteraan mental. Fromm berpendapat bahwa kesehatan dan kesejahteraan mental bergantung pada pemuasan kebutuhan-kebutuhan yang khas manusiawi: kebutuhan akan keterbukaan hubungan, transendensi (menyadari sebagai manusia ciptaan dan kebutuhan untuk mengatasi keadaan sebagai ciptaan yang pasif), keberakaran (menemukan akar-akar manusiawi yang baru), rasa identitas, serta kerangka orientasi (intelektual) dan pengabdian. Tampak kebutuhan akan rasa identitas merupakan salah satu dari kebutuhan khas manusiawi.

Bila kebutuhan dasar tidak terpenuhi, akan berkembang kondisi tidak sehat. Kendati terpenuhi, jika hal itu terpuaskan dengan cara tidak memuaskan, akan timbul konsekuensi berkembangnya neurosis (gangguan mental dalam keadaan masih dapat berinteraksi dengan orang lain berdasarkan realitas).

Secara ringkas, Fromm menjelaskan, kesehatan mental dicirikan oleh kemampuan mencintai dan mencipta dengan melepaskan diri dari ikatan-ikatan inses terhadap klan dan tanah air, dengan rasa identitas yang berdasarkan pengalaman akan diri sebagai subyek dan pelaku dorongan-dorongan dirinya, dengan menangkap realitas di dalam dan di luar diri, melalui pengembangan obyektivitas dan akal budi. @

NN
READ MORE - AKU YANG SESUNGGUHNYA

SIAPAKAH AKU


Judul tulisan ini mungkin bisa dianggap lucu dan tidak terlalu serius , tetapi sebenarnya dalam belajarmengenali diri sendiri adalah bagian dari proses menemukan Aku Sejati (jati diri yang sesungguhnya). Selain itu mengenali diri sendiri juga seharusnya merupakan tahap awal dari proses Siu Sing Yang Sin (revisi jiwa dan raga), karena tanpa mengenali diri sendiri berarti kita tidak mengetahui apa dan bagaimana diri kita ini, lalu apa yang mau direvisi supaya lebih baik?

Apakah Aku Sejati Itu?

Menurut saya, aku sejati adalah jati diri kita (berupa eksistensi) yang sesungguhnya yang ada dahulu, sekarang dan yang akan datang. Setiap orang memiliki jati diri yang mempunyai keunikannya masing- masing. Kata "keunikan" ini sengaja dipakai untuk menggantikan kata "kelebihan dan kekurangan" agar kita tidak terjebak dalam pandangan untuk saling membandingkan. Keunikan jati diri masing-masing ini adalah merupakan hasil dari proses-proses terdahulunya dan merupakan awal dari proses kedepan yang juga tidak perlu dibandingkan dan dinilai berlebihan, akan tetapi haruslah dipahami dan disadari sepenuhnya.

Justru Siu Tao ( ) itu tujuan pokoknya adalah untuk meningkatkan kualitas dari "Aku Sejati" kita masing-masing. Maka alangkah ironisnya jika kita Siu Tao ( ), tetapi tidak tahu dulu apa dan bagaimana "Aku Sejati" kita masing-masing ?!?

Bagi seorang yang praktis dan simpel, apalagi yang sudah memiliki dasar-dasar pengertian mengenai konsep Tao yang relatif cukup kuat memang akan lebih mudah menangkap pengertian dan mencernanya sehingga dapat membayangkan dan mempersepsikan apakah AKU SEJATI itu.

Tetapi tentunya wajar dan sangat manusiawi jika seorang yang belum mengerti menjadi semakin bingung dan tidak mengerti apa dan bagaimanakah AKU SEJATI itu sebenarnya, apalagi jika dalam pembahasan dan penjelasan-penjelasannya banyak menggunakan bahasa dan istilah-istilah yang cenderung membingungkan . Contohnya ada Nyawa, Roh, Jiwa, Sukma, Hati, Hati Nurani, Kesadaran, Bawah Sadar, Mental, Aku Sejati, Yensen, Linghuen, Sin, Sing dan lain-lainnya.

Pada dasarnya pemikiran pokok dalam penulisan ini bukanlah mau membahas dan memperdebatkan semua istilah dan kata-kata diatas. Adapun saya lebih cenderung untuk mengajak pembaca berpikiran praktis dan simpel dalam permasalahan merevisi diri dengan titik tolak pengenalan diri (katakanlah "Aku Sejati") yang lebih dipandang dari sudut psikologi modern yaitu dengan mengenal kepribadian diri kita masing-masing untuk kemudian melangkah kedalam suatu usaha pengontrolan dan perbaikan kepribadian kearah yang lebih positif.

Hal ini menurut saya mungkin lebih relevan, jelas dan lebih bermanfaat sebelum kita berbicara terlalu jauh dalam keabstrakan yang sangat dalam.

Secara singkat dapat saya utarakan bahwa hal - hal yang harus dapat kita kenali dari diri kita adalah sebagai berikut:

* Sifat - sifat dan karakter

Setiap orang pasti membawa sifat-sifat dan karakternya sendiri-sendiri, setiap orang walaupun bisa saja ada kemiripan tapi tidak pernah ada yang sama persis dalam hal ini.

Menurut saya sebenarnya sifat-sifat dan karakter dalam diri seseorang ini tidak ada batasan "baik-buruknya" karena bagaikan "rasa dan aroma dalam setiap masakan saja", hanya saja kalau banyak orang yang dapat menerima dan menyenangi maka dianggap "baik" sedangkan kalau banyak orang tidak dapat menerima dan tidak suka maka dinilai "tidak baik". Tentu pada akhirnya mau tidak mau harus "ada penilaian", yang mana sebagai kaum Siu Tao ( ) kitapun tidak bisa terlepas dan sudah sewajarnya berusaha mengejar nilai-nilai berlaku yang baik.

* Hasrat dan keinginan

Setiap orang pasti memiliki hasrat dan keinginannya masing-masing, yang biasanya adalah merupakan refleksi dari sebuah bentuk ideal / cita-cita yang awalnya bersumber dari ego. Dalam bentuk yang paling sederhana dan murni bisa disimpulkan bahwa ego semua manusia itu pada dasarnya adalah "baik" karena secara alamiah bersumber dari "survival spirit" (naluri mempertahankan hidup). Sehingga setiap manusia selalu bermotivasi untuk mempertahankan hidupnya serta terus mengembangkan hidup ke kondisi yang semakin baik dan jauh dari resiko - resiko kesusahan baik secara fisik maupun mental.

Nah, karena begitu kompleknya keadaan yang ada maka akhirnya latar belakang dan kesempatan yang ada pada seseorang akan berbeda dengan orang lainnya. Hal ini pulalah yang kemudian harus bisa juga dipahami dan disadari sehingga kita bisa benar-benar menyatu dengan hasrat dan keinginan kita sesuai kealamiahannya masing-masing (hasrat dan keinginan ini saya anggap sebagai suatu daya pendorong gerak yang sangat murni dan tulus). Tetapi tentunya keadaan sosial tetap harus dijadikan rambu-rambu keseimbangan geraknya.

* Kemampuan

Penguasaan terhadap suatu hal yang merupakan ciri khas seseorang yang dimiliki dan didapat secara dan dalam kealamiahannya masing - masing, haruslah terus digali dan dikembangkan serta dipergunakan secara positif demi kepentingan kebaikan yang semakin luas semakin baik. Dalam hal ini yang namanya kemampuan itu, normalnya memang akan selalu terasa kurang bagi semuanya, karena adanya kondisi persaingan yang semakin mengetat.

Oleh karena itu jika bisa mengenal kemampuan diri maka secara lebih gampang pula kita dapat terus mengembangkannya sehingga mencapai suatu level yang relatif tinggi. Biasanya kemampuan seseorang itu berupa wawasan, pengetahuan, kepandaian dan keahlian, yang merupakan hasil dari perpaduan antara intelegensi dan emosi melalui proses belajar (baik sekolah maupun otodidak) serta pengalaman-pengalaman sepanjang hidupnya.

Dari sini, maka kita dapat disimpulkan bahwa "belajar" dan "berlatih" adalah dua hal pokok yang sangat berperan dalam usaha meningkatkan kemampuan diri.

* Ketidakmampuan & keterbatasan

Diluar kemampuan yang ada, maka adalah hal yang alami pula bahwa setiap insan didunia ini selalu diliputi juga oleh ketidakmampuan dan keterbatasan (sengaja penulis tidak menggunakan kata "kelemahan" untuk memberikan nuansa optimisme).

Adapun merupakan hal yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses pengenalan diri kita masing-masing untuk justru lebih mengenal ketidakmampuan dan keterbatasan yang ada dengan motif untuk memperbaiki dan merubahnya sebisa mungkin sehingga menjadi faktor yang bahkan dapat diandalkan. Dalam masalah ini memang kemauan dan usaha keras secara konsisten mutlak diperlukan , karena biasanya untuk dapat bisa "mengakui" bahwa kita mempunyai ketidakmampuan dan keterbatasan saja sudah sangat sulit (karena harus melawan ego dan kesombongan kita) apalagi untuk merubahnya.

Modal dasar utama yang diperlukan untuk mengatasi hal ini adalah kejujuran dan keterbukaan. Akan tetapi dilain sisi, jangan pula kita sampai terjerumus dan terseret arus pola berpikir pesimis yang akhirnya justru membesar-besarkan faktor ketidakmampuan dan keterbatasan yang ada menjadi senjata dan alasan untuk meng "cover" semua hal dalam kehidupan ini yang memang sulit dan berat bagi siapapun.

* Latar belakang

Latar belakang bisa dianggap sebagai akar dari semua perkembangan yang timbul dan ada sekarang ini bagi siapapun juga. Walau kita pada akhirnya memang tidak perlu mempermasalahkan tapi bisa memahami latar belakang dari diri kita sedikit banyak dapat berguna untuk mengetahui siapa dan bagaimana diri kita yang sesungguhnya.

Oleh karena itu pula dalam metode-metode pengembangan kepribadian yang paling modern sekalipun, pemanfaatan latar belakang diri seseorang sebagai alat refleksi diri untuk membangkitkan pemicu semangat kearah yang lebih efektif masih sangat ampuh dan bermanfaat. Didalam hal ini kita sebagai seorang insan Tao modern yang proaktif tentunya diharapkan juga dapat memahami dan menyadari hal tersebut, sehingga dapat memandang diri sekarang ini secara komprehensif sebagai suatu hasil dari proses-proses terdahulu yang berkesinambungan untuk dijadikan landasan kearah depan yang lebih baik dan semakin baik.


Bagi sebagian orang mengenali diri sendiri mungkin adalah masalah yang mudah tapi umumnya sebagian besar orang menganggap adalah masalah yang sukar dan sulit. Secara pribadi saya sendiri berpendapat bahwa mengatasi proses pengenalan diri sendiri ini memang bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah dan gampang. Permasalahan utama yang sering timbul dan menghambat kita untuk dapat mengenali diri kita ini adalah kemampuan diri untuk berdiri secara "jujur, obyektif dan adil" dalam memberikan pandangan terhadap diri sendiri.

Nah, dalam kenyataannya memang hal inilah yang justru jarang bisa dilakukan oleh setiap orang . Akhirnya proses mengenali diri sendiri ini memang akan menjadi sangat sulit dan membingungkan karena faktor ketidak jujuran, ketidak obyektifan dan ketidak adilan dalam memandang diri itu sendirilah yang harus bisa disadari dan diperbaiki (revisi).
READ MORE - SIAPAKAH AKU

KERJA DAN PROFESI


Pada umumnya, seseorang menjadi pekerja pada rentang usia atau masa dewasa, antara 18 - 40 tahun; usia pertengahan, 40 - 60 tahun, kemudian memasuki pensiun pada usia 55 - 60 tahun. Akan tetapi, pada kondisi tertentu, ada banyak orang telah dan tetap bekerja [dalam arti mencari nafkah] sebelum dan sesudah rentang usia tersebut. Kerja [dan bekerja] selalu berhubungan dengan profesi. Dan rata-rata orang Indonesia, termasuk orang Kristen, bekerja dan menekuni profesinya pada rentang usia 20 an sampai 60 an.


PROFESI
Profesi [Latin, profesus] artinya mengakui iman atau orang yang melakukan pengakuan iman secara terbuka di hadapan publik. Istilah ini pada mulanya dipakai dalam konteks kekristenan mula-mula sampai abad ke 4 Masehi. Dengan demikian, pejabat agamawi dipandang sebagai profesi yang mula-mula.
Profesi adalah pekerjaan [tertentu] yang menjadi panggilan hidup seseorang; yang seseorang pilih dengan penuh kesadaran; mengandung nilai kemandirian, kepuasan dan ekonomi, serta berguna untuk [kelangsungan] hidup dan kehidupan. Seseorang yang melaksanakan profesinya dengan baik-benar-konsisten-kontinyu, disebut professional. Seorang profesional mempunyai beberapa ciri, antara lain, adanya keahlian yang didapat melalui pendidikan terstruktur dan baku; kegiatan berkelanjutan yang menjadi sumber pemenuhan kebutuhan hidup; mempunyai kaitan dengan bidang-bidang lain dalam masyarakat; mempunyai nilai kepuasan dan ekonomis yang [sengaja] dipilih sebagai panggilan dalam hidup hidup dan kehidupan sosial. Beberapa hal penting yang berhubungan dengan profesi seseorang, antara lain,

1. Input yang diterima dari lembaga yang mendidik. Input ini berupa kelengkapan pengetahuan dan ketrampilan. Walau sudah tamat dari institusi pendidikan, seorang profesional, harus tetap belajar untuk meningkatkan pengetahuan baru yang berhubungan dengan profesinya.
2. Taat dan setia pada kode etik profesi. Adanya sejumlah nilai yang disepakati bersama oleh pengemban profesi sebagai kode etik. Setiap pekerja dan profesi mempunyai keterikatan tertentu dan khas sebagai kode etik dalam profesinya. Semua profesi mempunyai kode etik yang tertulis. Kode etik itu dan harus diatati oleh mereka yang terikat di dalamnya, misalnya kode etik kedokteran, kode etik pengacara, dan lain-lain. Namun, perlu diingat juga bahwa ada kode etik yang tidak tertulis di atas kertas tetapi di hatinya, yaitu hati yang melayani TUHAN Allah, nyata melalui panggilan pelayanan dan kesaksian kepada semua orang.
3. Kemampuan adaptasi serta tidak terpengaruh lingkungan. Seorang yang profesional harus mepunyai kepekaan terhadap lingkungan di mana ia berada; mampu beradaptasi di [hampir semua] lingkungan sosio-kultural di tempat ia bekerja. Tetapi bukan berarti [terjadi adaptasi yang salah kaprah] ia terjerumus dalam lingkungan sosial dan masyarakat yang kacau. Ia harus menjadi garam dan terang bagi semua yang ada di sekitarnya.
4. Komitmen pada panggilan profesi yang dipilih. Mungkin saja seorang yang profesional, akan mendapat pandangan dari orang lain [misalnya tentang konsep kesuksesan serta keberhasilan], bahwa profesinya tidak menjanjikan atau menghasilkan materi yang banyak. Namun, jika seseorang [dengan alasan-alasan tertentu] sudah memilih berprofesinya, maka ia harus memiliki komitmen tinggi terhadap pilihan yang sudah diambil dan dijalaninya. Komitmen terhadap profesisi, bukan saja urusan pekerjaan atau nafkah, tetapi karena ia harus mengerjakan pelayanan dan kesaksiannya. Dengan demikan, akan menghasilkan sesuatu yang tidak sia-sia, “Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan TUHAN jerih payahmu tidak sia-sia,” 1 Korintus 15:58.

Seseorang melaksanakan profesinya dengan baik-benar-konsisten-kontinyu, disebut professional. Seorang profesional mempunyai ciri-ciri keahlian yang diperoleh dari pendidikan terstruktur dan baku; keahlian tersebut menjadi sumber nafkah utama pengemban profesi; yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dalam masyarakat; serta yang dipilih sebagai panggilan hidup. Dalam keadaan itu, umat beragama bisa menjadi teladan ketika ia menjalankan profesinya. Hal itu dengan berbagai cara, antara lain,

* menjalankan profesinya sebagai suatu panggilan dan pelayanan kepada TUHAN, yang diwujudnyatakan ketika berhadapan atau berhubungan dengan masyarakat;
* menunjukkan dan menjalankan peran sosial yang holistik, misalnya ketika terjadi bencana alam, pada sikon ini, peran sosial agama [umat beragama] akan sangat nampak sebagai bentuk kesetiakawanan sosial yang tertuju kepada seluruh umat manusia tanpa memandang latar belakang SARA
* ketaatan-kesetiaan pada kode etik profesinya; kode etik profesi merupakan ikatan serta peraturan moral yang tertulis maupun tidak untuk seorang profesional; tanpa ketaatan dan kesetiaan, maka seorang profesional mudah terjerumus ke dalam berbagai lubang kejatuhan yang ada di sekitarnya; umat beragama selayaknya menghindari, bahkan tidak boleh mencoba, memasuki lubang-lubang kejatuhan seperti KKN, manipulasi, kemalasan dan ketidakdisiplinan, pementingan diri, penjilat, asal atasan senang, dan lain sebagainya
* kemampuan adaptasi tetapi serta tidak terpengaruh lingkungan [yang bisa saja membuka peluang terhadap penyimpangan etika dalam kerja]; lingkungan dan suasana kerja serta pekerja, saling mempengaruhi; dan jika hal-hal negatif yang dominan, maka akan merusak lingkungan dan suasana kerja dan pekerja
* komitmen pada panggilan profesi yang dipilihnya; tetap mempertahankan kebenaran ketika menjalankan profesi; dalam koteks ini, ia tetap jujur ketika merajalelanya ketidakjujuran, ketidakadilan, penyimpangan, serta KKN; mampu menjaga diri sehingga tidak terjerumus dalam berbagi bentuk penyimpangan dan pelanggaran hukum

KERJA

“... engkau akan mencari rejekimu dari tanah seumur hidupmu,” Kej 3 : 17.
Bila memahami secara positif bagian kalimat penghukuman ini, maka akan menemukan makna bahwa manusia harus bekerja untuk meneruskan hidup dan kehidupannya. Ini juga bisa bermakna bahwa, TUHAN Allah menghendaki agar manusia [sesuai kemampuannya] harus berkerja dalam hidup dan kehidupannya.
Sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, kerja merupakan mengelola dan menata hasil ciptaan, Kej 1:28, 2:15. Setelah kejatuhan, pekerjaan merupakan upaya atau usaha agar mampu meneruskan hidup dan kehidupan. Artinya, melalui kerja manusia bisa bertahan ataupun beriteraksi dengan lingkungan dan ciptaan TUHAN lainnya; sekaligus sebagai salah satu cara memuliakan TUHAN. Oleh sebab itu, sebagai seorang yang telah menjadi milik TUHAN Allah melalui Kristus, ada suatu nilai teologis dalam kerja. Hal tersebut, antara lain,
Kerja sebagai menjalankan tugas dalam dunia milik TUHAN
Hal ini berarti, segala atau semua pekerjaan dan profesi [yang baik dan benar] manusia merupakan pelaksanaan tugas dari TUHAN Allah kepadanya; Ia yang memiliki dan memberi pekerjaan, oleh sebab itu manusia harus bekerja dengan sebaik mungkin, karena sekaligus sebagai penghormatan kepada-Nya. TUHAN Allah yang memberi kemampuan kepada manusia sehingga mampu menjalankan tugas dan kerja dengan baik dan benar.
Bekerja merupakan tanggung jawab
Bekerja dapat bermakna tanggung jawab manusia kepada TUHAN, sekaligus sebagai ungkapan syukur karena anugerah TUHAN kepada manusia. Dengan itu, memunculkan kesadaran bahwa semua pekerjaan [yang baik dan benar, yang paling sesederhana pun atau mendapat upah yang kecil] meupakan pemberian dan kehendak TUHAN. Karena sebagai pemberian TUHAN, makan manusia yang bekerja, harus dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Pertanggungjawaban tersebut memang tidak dituntut oleh TUHAN pada sikon kekinian [ketika seseorang sementara bekerja], namun dimasa yang akan datang, disaat manusia berhadapan dengan-Nya.
Bekerja adalah panggilan
Menurut Martin Luther, seluruh hidup dan kehidupan manusia, termasuk kerja adalah panggilan TUHAN Allah; Ia yang memanggil dan menentukan agar manusia bekerja sesuai maksud dan tujuan-Nya. Bagi Luther, setiap atau semua orang Kristen memiliki suatu panggilan, dan dapat diwujudkan dalam pekerjaan sehari-hari yang nilainya sama dengan seorang imam. Suatu [tiap-tiap] pekerjaan memiliki keterikatan dan keterkaiatan dengan bidang-bidang lain, kepekaan terhadap sikon sosial dan ekonomi, serta tanggung jawab dan pemeliharaan lingkungan.
Bekerja adalah melayani dan pelayanan [ministry dan service]
Dalam anggapan umum, pekerjaan selalu mendapat upah atau sejumlah uang. Namun, pada kenyataannya tidak semua pekerjaan menghasilkan upah, tetapi juga kepuasan, keindahan, dan ketertiban ataupun orang lain merasa nyaman. Misalnya, seorang isteri yang bekerja di rumah, ia tidak menuntut upah dari suaminya, namun mendatangkan keindahan serta kenyamanan pada seluruh anggota keluarga. Pada konteks itu, sang ibu rumah tangga telah melakukan ministry atau melayani seluruh isi rumah. Berbeda dengan pembantu rumah tangga, ia melakukan service atau pelayanan karena ada upah yang akan didapatkannya.
Kerja dan hasil-hasil pekerjaan merupakan salah satu upaya untuk mencukupi dan memenuhi kebutuhan hidup dan sekaligus perbaikan keadaan sosial-kultural manusia. Kerja mempunyai nilai kepuasan dan ekonomi, sehingga merupakan usaha untuk mencapai kesejahteraan serta perubahan kualitas hidup dan kehidupan. Nilai kepuasan dan ekonomi tersebut dirasakan [berdampak] pada orang yang bekerja serta institusi yang memberikan pekerjaan. Kepuasan karena mendapat upah yang layak serta sesuai tingkat pendidikan, ketrampilan dan kemampuan pekerja. Serta nilai kepuasan ekonomi yang didapat pemberi pekerjaan karena adanya keuntungan dari hasil kerja para pekerja.
Kerja [dan juga profesi] merupakan suatu tugas yang mempunyai makna, tujuan, dan nilai ganda; yaitu nilai kemanusiaan yang menyangkut sosial, ekonomi, budaya; serta nilai Ilahi. Kerja mengandung nilai kemanusiaan, karena merupakan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupannya; serta melalui hasil [upah yang didapat] kerja, kehidupan dapat terus berlangsung. Kerja mempunyai nilai Ilahi, karena merupakan tugas dan panggilan TUHAN; artinya melalui kerja manusia melaksanakan tugas dalam dunia milik TUHAN, dan pada saatnya ia harus mempertanggungjawabkan kepada-Nya.
Karena adanya nilai ganda dalam bekerja tersebut, maka hasil kerja berupa upah, jasa, dan kepuasan dapat bermanfaat untuk orang lain, misalnya, anggota keluarga, masyarakat, maupun keuntungan pada pemberi kerja. Hasil kerja bisa juga difungsikan untuk memuliakan TUHAN Allah, misalnya perpuluhan, ungkapan syukur, sumbangan uang kepada institusi keagamaan.


READ MORE - KERJA DAN PROFESI

Teman jadi Mesra


Teman jadi Mesra

Anda berteman dengan seseorang dari kecil. Kalian main layangan bersama, saling mengejek namun juga saling membela. Namun Anda menyadari perasaan Anda telah berubah. Bagaimana Anda bisa menyampaikan ini tanpa merusak persahabatan? Glamour Magazine memberi beberapa tips untuk Anda:

1. “Oi, panggil nama dong, gan!”
Sebutan ‘yo’, ‘oi’, ‘bro’, ‘coy’, ‘gan’, ‘sis’, atau panggilan lain yang termasuk kategori ‘pertemanan’ mungkin nyaman digunakan, tapi akan mengirim sinyal Anda hanya ingin bersahabat. Sesekali panggil dengan nama pertamanya dan lihat reaksinya!

2. Ubah rutinitas
Ciptakan kesempatan untuk menebarkan suasana romantis. Tinggalkan dulu bola basket dan ajak makan malam.

3. Berdandan
Tetaplah menjadi diri sendiri, tapi sesekali, coba tukar kaos kutang dengan kemeja lengan pendek. Berpakaian berbeda menunjukkan Anda menganggap pertemuan sebagai hal yang istimewa.

4. Jangan menutup diri
Kencani orang lain yang juga menyukai Anda. Tidak ada yang salah dengan kompetisi yang sehat, dan persaingan mungkin akan mempercepat si dia menyadari perasaan yang sama untuk Anda!

5. Tidak selalu ‘tentang kita’
Ia tidak akan menjadi pacar Anda karena orang di sekitar terus-menerus membicarakan betapa cocoknya kalian. Jadi, meski Anda ingin melonjak-lonjak gembira saat mendengar gosip itu, pura-pura tenang dan abaikan.

6. Uji godaan
Akan terlihat sangat palsu jika Anda mulai mengedip-ngedipkan mata saat main basket bersama. Tapi tidak ada salahnya jika Anda lebih sering tersenyum dan tertawa, atau bahkan memasak untuknya!

7. Ayo maju!
Cara terburuk memendam kerinduan adalah dengan duduk di samping mereka dan tidak mengatakan apa-apa. Jika Anda harus terus menerus menahan diri, Anda bisa sakit. Stop menyiksa diri. Ajak dia berkencan!

8. Orang sabar disayang Tuhan
Anda telah melakukan poin 1-7, namun dari reaksinya, si dia tak punya perasaan yang sama. Tetaplah berteman dan siapa tahu, Anda berjodoh di masa depan! (mg)
READ MORE - Teman jadi Mesra

Rabu, 05 Mei 2010

INJIL ; YESUS KRISTUS ADALAH ALLAH


By :
Niko S

JIKA kita bertanya kepada suatu panel yang terdiri atas pakar-pakar dari berbagai agama, seperti apakah Allah dan bagaimana Allah telah menyatakan diri-NYA, kita akan mendengar banyak pendapat yang berbeda-beda sebanyak jumlah anggota panel. Jawaban dari beberapa di antara mereka akan bertentangan dengan jawaban yang lain-lainnya. Jika kita berpendapat bahwa apa yang disebut kebenaran tidaklah bersifat relatif, maka tidak mungkin jawaban mereka semua benar. Misalnya, jika seseorang mengatakan bahwa Allah itu suatu Pribadi dan yang lain mengatakan bahwa Allah bukan suatu Pribadi, maka pastilah seorang dari mereka salah. Siapakah yang dapat mengatakan dengan pasti, seperti apakah Allah? Satu-satunya yang dapat mengatakan dengan pasti adalah Allah sendiri.

Bagaimana kalau seorang anggota panel tiba-tiba berdiri dan berkata, "Untuk menjernihkan segala kebingungan tentang Allah, saya berkata kepada Anda bahwa SAYA ADALAH ALLAH! SAYA ADALAH JALAN, KEBENARAN, dan HIDUP!"?

Pengakuan seperti itu harus dibuktikan kebenarannya. Orang itu mungkin menderita penyakit jiwa, suka berkhayal tentang kebesaran, seorang penipu ulung, atau ia benar-benar Allah.

Justru pengakuan seperti itulah yang dicetuskan oleh Yesus Kristus tentang diri-NYA. Jadi, mengatakan bahwa Yesus Kristus sekedar orang yang bermoral tinggi atau guru yang baik, sama sekali tidak tepat. Bukankah orang yang bermoral tinggi tidak berbohong, sengaja ataupun tidak, apalagi mengenai hal mengaku sebagai Allah Yang Mahakuasa? Orang yang bermoral tinggi tidak akan mengatakan kepada orang-orang bahwa mereka patut beriman kepadanya atau patut beribadah kepadanya. Ia juga tidak akan menyebabkan banyak orang mati karena beriman kepada namanya. Mengingat semuanya itu, marilah kita menjajaki yang berikut ini untuk mengenal kebenaran tentang Allah.

ALLAH MENYATAKAN DIRI

Para penulis masa kini percaya bahwa Allah telah menyatakan diri-NYA dengan berbagai cara. Namun cara itu masing-masing perlu diuji secara obyektif dengan berpatokan pada Alkitab dan pribadi Yesus Kristus.

Pertama-tama, kita akan menyoroti Alkitab. Berbeda dengan banyak tulisan lainnya, Alkitab secara mutlak menyatakan bahwa apa yang tertulis di dalamnya adalah firman Allah. Kebanyakan orang yang menaruh perhatian yang besar tentang keilahian Kristus menerima Alkitab sebagai wahyu dari Allah. Jadi untuk tujuan ini, kita akan memandang Alkitab dapat diandalkan kebenarannya, baik secara historis maupun sebagai firman Allah kepada kita -- satu-satunya tolok ukur yang benar untuk menetapkan apakah Kristus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia, atau bukan.

Ada yang mengatakan bahwa dari abad ke abad Alkitab telah menjadi semakin tidak meyakinkan keasliannya. Jadi perlu adanya wahyu-wahyu baru. Pendapat tersebut tidak dapat dibenarnya. Ada lebih dari 24.600 naskah Perjanjian Baru yang lengkap atau sebagian-sebagian. Andaikata semua naskah Perjanjian Baru lenyap pun kita masih dapat menghimpun semua tulisan Perjanjian Baru, kecuali kira-kira sebelas ayat, dari tulisan bapa-bapa gereja yang mula-mula, yang semuanya ditulis sebelum tahun 325 Masehi. Para pakar sejarah yang bukan Kristen pun harus mengakui bahwa dengan segala patokan ilmiah dan sejarah yang dipakai untuk memeriksa kebenaran dokumen kuno mana pun. Perjanjian Baru terbukti lebih dari sembilan puluh sembilan persen akurat. Orang dapat saja memperdebatkan isinya, tetapi tidak dapat memperdebatkan keabsahan sejarahnya.

Alkitab menyatakan bahwa apa yang tertulis di dalamnya merupakan patokan mutlak untuk menetapkan hal-hal doktrin.

2 Timotius 3:16-17, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik."

Bagi orang-orang Kristen, setiap buku, tulisan, atau pengajaran yang bertentangan dengan isi Alkitab haruslah ditolak. Alkitab sangat menekankan hal ini.

Yudas 3, "Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus."

Alkitab tidak menerima ajaran-ajaran lain yang akan mengubah atau menambah isi Alkitab.

Galatia 1:8, "Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari surga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia."

Jika ada sumber-sumber lain yang mengaku sebagai wahyu ilahi, sebagaimana halnya Alkitab, maka sumber-sumber itu harus diuji kebenarannya berdasarkan Alkitab. Allah tidak dapat bertentangan dengan diri-NYA sendiri. Oleh karena itu, apapun yang dinyatakan oleh seorang pembicara atau penulis yang mengaku mendapat wahyu ilahi, tidak dapat bertentangan dengan Alkitab yang kita tahu benar adanya. Jika pernyataan mereka bertentangan dengan Alkitab, maka jelaslah bahwa mereka tidak berbicara atas ilham dari Allah, baik secara lisan maupun tertulis.

Dalam mempertimbangkan keilahian Kristus, pokok persoalannya bukanlah apakah keilahian Kristus mudah dipercaya atau dimengerti, melainkan apakah keilahian Kristus dinyatakan di dalam firman Allah. Apabila pada mulanya gagasan tentang keilahian Kristus tampaknya tidak masuk akal atau tidak dapat dimengerti, hal itu tidak dengan sendirinya meniadakan kemungkinan bahwa keilahian Kristus itu benar adanya. Alam semesta ini penuh dengan berbagai perkara -- seperti gravitasi, sifat cahaya, gelombang cahaya -- yang berada di luar jangkauan akal manusia pada saat ini, tetapi sekalipun demikian, benar adanya. Alkitab mengajarkan bahwa Allah tidak dapat dimengerti oleh akal manusia.

Ayub 11:7, "Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa?"

Ayub 42:2-6, "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui. Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku. Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."

Mazmur 145:3, "Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga."

Yesaya 40:13, "Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat?"

Yesaya 55:8-9, "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."

Roma 11:33, "O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!"

Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita percaya tentang apa yang dikatakan Allah mengenai diri-NYA sendiri, tidak menjadi persoalan, apakah kita dapat sepenuhnya memahaminya atau tidak.

Mengenai penyataan diri Allah di dalam Pribadi Yesus Kristus, Alkitab berkata:

Ibrani 1:1-3, "Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,"

Yesus Kristus adalah Firman Allah yang Hidup. Ia menyatakan Allah. Ketika seorang pengikutnya berkata, "Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami", Yesus menjawab, "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa." Rasul Paulus menyebut Yesus Kristus sebagai "gambar Allah yang tidak kelihatan". Dengan demikian, sebagaimana akan dibahas di dalam tulisan ini, memandang Yesus Kristus dan mendengarkan Dia sama saja dengan memandang dan mendengarkan Allah.

APA YANG DIPERSOALKAN?

Apabila Yesus Kristus adalah Allah dalam wujud manusia, maka Ia adalah satu-satunya yang patut didengarkan, dihormati, dan bahkan disembah. Ini berarti bahwa Allah yang menciptakan bulan dan bintang, yang menempatkan milyaran planet di angkasa, Allah itu jugalah yang menjelma menjadi manusia, yang hidup dan melangkahkan kaki-Nya di atas muka bumi ini, dan merelakan diri-NYA mati di tangan ciptaan-NYA sendiri. Kematian-NYA mempunyai arti yang jauh lebih besar daripada kematian seorang yang baik. Dari segala masa, kematian-NYA merupakan pengorbanan terbesar, suatu penyataan kasih yang tidak terukur dalamnya. Oleh karena itu, memperlakukan Yesus sekedar sebagai manusia dalam arti makhluk ciptaan merupakan suatu penghujatan. Gagal dalam menyelaraskan kehidupan kita dengan ajaran-ajaran-NYA akan berarti kehilangan kehidupan itu sendiri.

Sebaliknya, apabila Yesus Kristus bukan Allah, melainkan makhluk ciptaan yang lebih rendah derajatnya, kita hanya akan merasa berterima kasih atas kehidupan, kematian, dan pengajaran-NYA, tetapi kita tidak akan menyembah Dia sebagai Allah. Bila kita menganggap Dia makhluk ciptaan Allah, lalu kita menyembah Dia sebagai Allah, itu merupakan suatu kesalahan yang sangat besar. Mengapa? Karena dengan demikian kita menjadikan Dia berhala yang menempati kedudukan Allah. Alkitab dengan tegas menentang penyembahan berhala. Allah mengatakan bahwa Ia tidak akan memberikan kemuliaan-NYA kepada yang lain, dan bahwa tidak ada Allah lain selain Dia, dan bahwa kita harus menyembah Dia saja. Jadi persoalannya, Yesus betul-betul Allah atau Ia bukan Allah. Percaya kepada Dia sebagai yang lain-lainnya merupakan suatu bentuk penghujatan, suatu penyembahan berhala.

Pembahasan seperti ini dapat menjadi sangat rumit, bergantung pada ajaran apa yang telah diterima seseorang. Berbagai argumentasi dapat dikemukakan untuk mendukung ataupun menentang keilahian Kristus. Misalnya, jika seseorang telah diajari bahwa Allah adalah satu Pribadi dan bahwa Yesus Kristus adalah makhluk ciptaan, maka dalam membaca Alkitab untuk pertama kalinya, ia dapat menemukan ayat-ayat yang kelihatannya mendukung pandangan tersebut. Sebaliknya, apabila seseorang telah diajari bahwa Allah adalah Yang Mahatinggi, sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dan bahwa Anak melepaskan kesetaraan-NYA dengan Allah untuk menjadi manusia di dalam pribadi Yesus Kristus, maka ia dapat menemukan ayat-ayat yang mendukung pandangan tersebut. Jadi pertanyaannya bukanlah apakah setiap pandangan itu dapat memberi alasannya, melainkan pandangan mana yang mempunyai bukti yang terkuat. Pandangan mana yang sebenarnya dinyatakan di dalam keseluruhan Alkitab?

Dalam mempertimbangkan kedua pandangan itu kita yakin bahwa kita dapat memberikan sanggahan yang mantap terhadap semua ayat yang dimanfaatkan untuk mengatakan bahwa Yesus Kristus bukanlah Allah. Akan kita tunjukkan bahwa Alkitab menyebut Yesus Kristus dengan nama-nama dan sebutan-sebutan Allah. Akan kita tunjukkan dari Alkitab bahwa Yesus Kristus layak disembah dan manusia patut berdoa kepada-NYA. Kita akan memberi jawaban terhadap semua argumentasi yang menentang kebenaran bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Akan kita buktikan dari sejarah gereja -- sebelum Dewan Nicene pada tahun 325 Masehi -- bahwa kepercayaan akan keilahian Yesus Kristus sejak semula merupakan pandangan yang ortodoks.

Jelaslah bahwa pandangan-pandangan itu tidak mungkin kedua-duanya benar. Akan jauh lebih mudah kalau masalahnya hanya menyangkut soal ketulisan, tetapi tidaklah demikian halnya. Yang dipersoalkan ialah: Pandangan mana yang benar?

Roma 10:2, "Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar."

DEFINISI PERISTILAHAN

Sebelum seseorang dapat memahami ayat-ayat Alkitab yang berkenaan dengan keilahian Yesus Kristus, ia perlu diberi definisi yang memadai tentang hakekat Allah, tentang pribadi serta hakekat Yesus Kristus.

ALLAH

Alkitab menyatakan bahwa Allah itu suatu pribadi; Ia cerdas, penuh kasih, adil, setia, kekal, kreatif, dan berada dalam interaksi yang dinamis dengan ciptaan-NYA. Ciri-ciri Allah dapat dirangkum ke dalam dua kelompok: ciri-ciri umum dan ciri-ciri moral. Allah -- menurut ciri-ciri-NYA yang umum -- bersifat unik, kekal, tidak berubah, mahakuasa, mahatahu, mahahadir, roh, dan suatu pribadi. Ciri-ciri moral Allah mencakup kekudusan, keadilan, kasih, dan kebesaran-NYA. Kekristenan mengajarkan bahwa Allah berdaulat; Ia menopang dan memerintah alam raya, dan sebagaimana yang akan kita tunjukkan. Ia menjelma menjadi manusia -- Yesus Kristus dari Nazaret.

YESUS KRISTUS

Yesus Kristus merupakan sebuah nama dan sebuah sebutan. Nama Yesus (bahasa Indonesia) dalam bahasa Yunani adalah sous; kata itu berasal dari bahasa Ibrani yeha' atau yeh'a dari YHVH dan yasya' yang artinya "YHVH Juruselamat" atau "TUHAN menyelamatkan". Sebutan Kristus (bahasa Indonesia) berasal dari kata Yunani khristos, bahasa Ibraninya masyiakh (Daniel 9:26), artinya "Yang Diurapi". Dua jabatan, yaitu raja dan imam, tercakup dalam pemakaian sebutan Kristus. Sebutan itu menyatakan bahwa Yesus adalah Imam dan Raja yang dijanjikan Allah dalam nubuat-nubuat Perjanjian Lama.

Selain itu, kita percaya bahwa waktu hidup di dunia ini Yesus Kristus mempunyai dua hakekat: Ia manusia dan Ia Allah. Dengan demikian, kita mempunyai pandangan bahwa Yesus Kristus adalah Allah sejati (pada hakekatnya), namun juga manusia sejati. Ia adalah Allah yang menyatakan diri dalam wujud manusia. Alkitab menggambarkan Yesus Kristus sebagai Allah maupun manusia.

Filipi 2:5-11, "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: 'Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa!"

Setelah menjajaki definisi tentang Allah dan Yesus Kristus, kita akan mencoba menjawab satu pertanyaan lagi.

MENGAPA ALLAH MAU MENJADI MANUSIA?

Bagaimana manusia yang serba terbatas seperti kita ini dapat memahami Allah yang tidak terbatas? Sangat sulit bagi kita untuk memahami hal-hal abstrak seperti kebenaran, kebaikan, atau keindahan kalau kita tidak memiliki contoh-contoh yang tampak oleh mata kita. Kita dapat mengenal keindahan karena kita dapat melihat keindahan itu pada suatu benda yang indah; kita dapat mengenal kebaikan karena kebaikan itu terlihat di dalam diri orang yang baik, dan sebagainya. Tetapi bagaimana dengan Allah? Bagaimana orang dapat mengerti seperti apa Allah itu?

Sampai tahap tertentu kita dapat mengenal Allah kalau Allah mewujudkan diri-NYAdalam suatu bentuk yang dapat dipahami oleh manusia, yaitu dengan menjadikan diri-NYA seorang manusia. Walaupun demikian, memang dalam wujud manusia Ia tidak akan dapat menyatakan sifat-NYA yang kekal dan yang mahahadir -- tidak akan ada waktu dan ruang untuk itu, tetapi IA dapat secara kelihatan menyatakan sifat-sifat-NYA.

Itu adalah berita yang disampaikan di dalam Perjanjian Baru. Rasul Paulus berkata bahwa di dalam Kristus berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an. Kristus menjadi manusia supaya manusia dalam batas-batas tertentu dapat memperoleh pengertian tentang Allah yang tidak terbatas.

Alasan kedua mengapa Allah mau menjadi manusia ialah untuk menjembatani jurang pemisah antara Allah dan manusia. Seandainya Yesus Kristus "hanyalah" seorang manusia atau makhluk ciptaan, maka jurang pemisah antara Allah dan manusia -- antara yang tidak terbatas dan yang terbatas, antara Pencipta dan yang diciptakan, antara Yang Kudus dan yang tidak kudus -- akan tetap ada. Supaya kita dapat mengenal Allah, maka Allah harus turun kepada kita. Tidak ada "makhluk ciptaan" yang dapat menjembatani jurang antara Allah dan manusia, seperti halnya segumpal tanah liat tidak dapat mengerti atau mencapai taraf sang penjunan. Karena kasih, Allah telah turun ke dunia ini, kepada kita. Ia membuka jalan supaya semua orang dapat mengenal Dia.

Sumber: Jesus: A Biblical Defense for His Deity


READ MORE - INJIL ; YESUS KRISTUS ADALAH ALLAH

NAMA PAUS KATOLIK ROMA

Daftar Paus Gereja Katolik Roma:












1 Paus Santo Petrus 32-64/67 (?) Simon bin Yunus
2 Paus Santo Linus 67-79 Linus
3 Paus Santo Anakletus 79-88 Anacletus
4 Paus Santo Klemens I 88-97 ?
5 Paus Santo Evaristus 97-105 Aristus
6 Paus Santo Aleksander I 105-115 Alexander
7 Paus Santo Siktus I 115-125 Sixtus, Xystus
8 Paus Santo Telesphorus 125-136 Telesphorus
9 Paus Santo Hyginus 136-140 ?
10 Paus Santo Pius I 140-155 Pius
11 Paus Santo Anisetus 155-166 Anicetus
12 Paus Santo Soter 166-175 Soter
13 Paus Santo Eleutherius 175-189 Eleuterus/Eleutherius
14 Paus Santo Viktor I 189-199 ?
15 Paus Santo Zephyrinus 199-217 Zephyrinus
16 Paus Santo Kallistus I 217-222 Callixtus/Callistus
17 Paus Santo Urbanus I 222-230 Urbanus
18 Paus Santo Pontianus 230-235 Pontian
19 Paus Santo Anterus 235-236 Anterus
20 Paus Santo Fabianus 236-250 Fabianus, Flavianus
21 Paus Santo Kornelius 251-253 Kornelis
22 Paus Santo Lusius I 253-254 Lusius
23 Paus Santo Stefanus I 254-257 Stefanus
24 Paus Santo Siktus II 257-258 Siktus
25 Paus Santo Dionisius 260-268 Dionisius
26 Paus Santo Feliks I 269-274 Feliks
27 Paus Santo Eutychianus 275-283 Eutychianus
28 Paus Santo Gaius 283-296 Gaius, Caius
29 Paus Santo Marselinus 296-304 Marselinus
30 Paus Santo Marsellus I 308-309 Marsellus
31 Paus Santo Eusebius 309-310 Eusebius
32 Paus Santo Meltiades 311-314 Meltiades
33 Paus Santo Silvester I 314-335 Silvester
34 Paus Santo Markus 335-336 Markus
35 Paus Santo Julius I 337-352 Julis
36 Paus Liberius 352-366 Liberius
37 Paus Santo Damasus I 366-383 Damasus
38 Paus Santo Sirikus 384-399 Sirikus
39 Paus Santo Anastasius I 399-401 Anastasius
40 Paus Santo InnosensiusI 401-417 ?
41 Paus Santo Zosimus 417-418 Zosimus
42 Paus Santo Bonifasius I 418-422 ?
43 Paus Santo Selestinus I 422-432 Selestinus
44 Paus Santo Siktus III 432-440 ?
45 Paus Santo Leo I 440-461 Leo
46 Paus Santo Hilarius 461-468 Hilarius, Hilarus
47 Paus Santo Simplisius 468-483 Simplisius
48 Paus Santo Feliks III 483-492 ?
49 Paus Santo Gelasius I 492-496 Gelasius
50 Paus Anastasius II 496-498 Anastasius
51 Paus Santo Symnakus 498-514 Symnakus
52 Paus Santo Hormidas 514-523 Hormidas
53 Paus Santo Yohanes I 523-526 ?
54 Paus Santo Feliks IV 526-530 ?
55 Paus Bonifasius II 530-532 ?
56 Paus Yohanes II 533-535 Merkurius
57 Paus Santo Agapitus I 535-536 ?
58 Paus Santo Silverius 536-537 Silverius
59 Paus Vigilius 537-555 Vigilius
60 Paus Pelagius I 556-561 Pelagius
61 Paus Yohanes III 561-574 Yohanes Katelinus
62 Paus Benediktus I 575-579 Benediktus
63 Paus Pelagius II 579-590 Pelagius
64 Paus Santo Gregorius I Agung 590-604 Gregorius
65 Paus Sabianus 604-606 ?
66 Paus Bonifasius III 607 ?
67 Paus Santo Bonifasius IV 608-615 ?
68 Paus Santo Adeodatus I 615-618 Deusdeditus, putra Stefanus
69 Paus Bonifasius V 619-625 ?
70 Paus Honorius I 625-638 ?
71 Paus Severinus 640 ?
72 Paus Yohanes IV 640-642 ?
73 Paus Theodorus I 642-649 ?
74 Paus Santo Martinus I 649-654 ?
75 Paus Santo Eugenius I 654-657 ?
76 Paus Santo Vitalianus 657-672 ?
77 Paus Adeodatus II 672-676 ?
78 Paus Donus 676-678 ?
79 Paus Santo Agathus 678-681 ?
80 Paus Santo Leo II 682-683 ?
81 Paus Santo Benediktus II 684-685 ?
82 Paus Yohanes V 685-686 ?
83 Paus Conon 686-687 ?
84 Paus Santo Sergius I 687-701 ?
85 Paus Yohanes VI 701-705 ?
86 Paus Yohanes VII 705-707 ?
87 Paus Sisinnius 708 ?
88 Paus Konstantinus 708-715 Konstantinus
89 Paus Santo Gregorius II 715-731 ?
90 Paus Santo Gregorius III 731-741 ?
91 Paus Santo Zakarias 741-752 Zakarias, putra Polikronius
92 Paus Stefanus II 752-757 ?
93 Paus Santo Paulus I 757-767 ?
94 Paus Stefanus III 767-772 ?
95 Paus Adrianus I 772-795 ?
96 Paus Santo Leo III 795-816 ?
97 Paus Stefanus IV 816-817 ?
98 Paus Santo Paskalis I 817-824 Paskalis Massimi, putra
99 Paus Eugenius II 824-827 ?
100 Paus Valentinus 827 ?
101 Paus Gregorius IV 827-844 ?
102 Paus Sergius II 844-847 ?
103 Paus Santo Leo IV 847-855 ?
104 Paus Benediktus III 855-858 ?
105 Paus Santo Nikolas I Agung 858-867 ?
106 Paus Adrianus II 867-872 ?
107 Paus Yohanes VIII 872-882 ?
108 Paus Marinus I 882-884 ?
109 Paus Santo Adrianus III 884-885 ?
110 Paus Stefanus V 885-891 ?
111 Paus Formosus 891-896 ?
112 Paus Bonifasius VI 896 ?
113 Paus Stefanus VI 896-897 ?
114 Paus Romanus 897 ?
115 Paus Theodorus II 897 ?
116 Paus Yohanes IX 898-900 ?
117 Paus Benediktus IV 900-903 ?
118 Paus Leo V 903 ?
119 Paus Sergius III 904-911 Sergius
120 Paus Anastasius III 911-913 Anastasius
121 Paus Lando 913-914 Lando
122 Paus Yohanes X 914-928 Yohanes
123 Paus Leo VI 928-929 Leo
124 Paus Stefanus VII 929-931 Stefanus
125 Paus Yohanes XI 931-935 Yohanes
126 Paus Leo VII 936-939 ?
127 Paus Stefanus VIII 939-942 ?
128 Paus Marinus II 942-946 ?
129 Paus Agapitus II 946-955 Agapitus
130 Paus Yohanes XII 955-963 Oktavianus
131 Paus Leo VIII 963-964 ?
132 Paus Benediktus V 964 ?
133 Paus Yohanes XIII 965-972 Yohanes
134 Paus Benediktus VI 973-974 ?
135 Paus Benediktus VII 974-983 ?
136 Paus Yohanes XIV 983-984 Peter Campenora
137 Paus Yohanes XV 985-996 Yohanes
138 Paus Gregorius V 996-999 Bruno dari Carinthia
139 Paus Silvester II 999-1003 Gerbert d'Aurillac
140 Paus Yohanes XVII 1003 Siccone
141 Paus Yohanes XVIII 1003-1009 Fasanius
142 Paus Sergius IV 1009-1012 Pietro Martino Boccapecora
143 Paus Benediktus VIII 1012-1024 Theophylactus
144 Paus Yohanes XIX 1024-1032 Romanus
145 Paus Benediktus IX 1032-1044 Theophylactus
146 Paus Silvester III 1045 Yohanes
147 Paus Benediktus IX 1045 Theophylactus
148 Paus Gregorius VI 1045-1046 Yohanes Gratianus
149 Paus Klemens II 1046-1047 Suitger, Lord Morsleben
150 Paus Benediktus IX 1047-1048 Theophylactus
151 Paus Damasus II 1048 Poppo
152 Paus Santo Leo IX 1049-1054 Bruno dari
153 Paus Viktor II 1055-1057 Gebhard
154 Paus Stefanus IX 1057-1058 Frederick
155 Paus Nikolas II 1058-1061 Gerard
156 Paus Aleksander II 1061-1073 Anselmo da Baggio
157 Paus Santo Gregorius VII 1073-1085 Hildebrand
158 Paus Viktor III 1086-1087 Dauferius atau Desiderius
159 Paus Urbanus II 1088-1099 Otto diLagery
160 Paus Paskalis II 1099-1118 Raniero
161 Paus Gelasius II 1118-1119 Giovanni Caetani
162 Paus Kallistus II 1119-1124 Guido dari Burgundi
163 Paus Honorius II 1124-1130 Lamberto
164 Paus Innosensius II 1130-1143 Gregorio Papareschi
165 Paus Selestinus II 1143-1144 Guido
166 Paus Lusius II 1144-1145 Gerardo Caccianemici
167 Paus Eugenius III 1145-1153 Bernardo Paganelli di
168 Paus Anastasius IV 1153-1154 Corrado
169 Paus Adrianus IV 1154-1159 Nicholas Breakspear
170 Paus Aleksander III 1159-1181 Rolando Bandinelli
171 Paus Lusius III 1181-1185 Ubaldo Allucingoli
172 Paus Urbanus III 1185-1187 Uberto Crivelli
173 Paus Gregorius VIII 1187 Alberto de Morra
174 Paus Klemens III 1187-1191 Paulo Scolari
175 Paus Selestinus III 1191-1198 Giacinto Bobone
176 Paus Innosensius III 1198-1216 Lotario dei Conti di Segni
177 Paus Honorius III 1216-1227 Cencio Savelli
178 Paus Gregorius IX 1227-1241 Ugolino, Count Segni
179 Paus Selestinus IV 1241 Goffredo Castiglioni
180 Paus Innosensius IV 1243-1254 Sinibaldo Fieschi
181 Paus Aleksander IV 1254-1261 Rinaldo
182 Paus Urbanus IV 1261-1264 Jacques Pantalon
183 Paus Klemens IV 1265-1268 Guy Foulques atau Guido le
184 Paus Gregorius X 1271-1276 Teobaldo Visconti
185 Paus Innosensius V 1276 Peter dari Tarentaise
186 Paus Adrianus V 1276 Ottobono Fieschi
187 Paus Yohanes XXI 1276-1277 Petrus Juliani atau Petrus
188 Paus Nikolas III 1277-1280 Giovanni Gaetano Orsini
189 Paus Martinus IV 1281-1285 Simon de Brie
190 Paus Honorius IV 1285-1287 Giacomo Savelli
191 Paus Nikolas IV 1288-1292 Girolamo Masci
192 Paus Santo Selestinus V 1294 Pietro del Murrone
193 Paus Bonifasius VIII 1294-1303 Benedetto Caetani
194 Paus Benediktus XI 1303-1304 Niccolo Boccasini
195 Paus Klemens V 1305-1314 Bertrand de Got
196 Paus Yohanes XXII 1316-1334 Jacques d'Euse
197 Paus Benediktus XII 1334-1342 Jacques Fournier
198 Paus Klemens VI 1342-1352 Pierre Roger
199 Paus Innosensius VI 1352-1362 Etienne Aubert
200 Paus Urbanus V 1362-1370 Guillaume de Grimoard
201 Paus Gregorius XI 1370-1378 Pierre Roger de Beaufort
202 Paus Urbanus VI 1378-1389 Bartolomeo Prignano
203 Paus Bonifasius IX 1389-1404 Pietro Tomacelli
204 Paus Innosensius VII 1404-1406 Cosma Migliorati
205 Paus Gregorius XII 1406-1415 Angelo Correr
206 Paus Martinus V 1417-1431 Oddone Colonna
207 Paus Eugenius IV 1431-1447 Gabriele Condulmer
208 Paus Nikolas V 1447-1455 Tommaso Parentucelli
209 Paus Kallistus III 1455-1458 Alfonso Borgia
210 Paus Pius II 1458-1464 Enea Silvio Piccolomini
211 Paus Paulus II 1464-1471 Pietro Barbo
212 Paus Siktus IV 1471-1484 Francesco della Rovere
213 Paus Innosensius VIII 1484-1492 Giovanni Battista Cibo
214 Paus Aleksander VI 1492-1503 Rodrigo Borgia
215 Paus Pius III 1503 Francesco Todeschini
216 Paus Julius II 1503-1513 Giuliano della Rovere
217 Paus Leo X 1513-1521 Giovanni de'Medici
218 Paus Adrianus VI 1522-1523 Adrian Florensz
219 Paus Klemens VII 1523-1534 Giulio de'Medici
220 Paus Paulus III 1534-1549 Alessandro Farnese
221 Paus Julius III 1550-1555 Giovanni Maria Ciocchi
222 Paus Marsellus II 1555 Marcello Cervini
223 Paus Paulus IV 1555-1559 Gian Pietro Carafa
224 Paus Pius IV 1559-1565 Giovan Angelo de'Medici
225 Paus Santo Pius V 1566-1572 Antonio-Michele Ghislieri
226 Paus Gregorius XIII 1572-1585 Ugo Buoncompagni
227 Paus Siktus V 1585-1590 Felice Peretti
228 Paus Urbanus VII 1590 Giambattista Castagna
229 Paus Gregorius XIV 1590-1591 Niccolo Sfondrati
230 Paus Innosensius IX 1591 Giovanni Antonio
231 Paus Klemens VIII 1592-1605 Ippolito Aldobrandini
232 Paus Leo XI 1605 Alessandro de'Medici
233 Paus Paulus V 1605-1621 Camillo Borghese
234 Paus Gregorius XV 1621-1623 Alessandor Ludovisi
235 Paus Urbanus VIII 1623-1644 Maffeo Barberini
236 Paus Innosensius X 1644-1655 Giovanni Battista Pamfili
237 Paus Aleksander VII 1655-1667 Fabio Chigi
238 Paus Klemens IX 1667-1669 Giulio Rospigliosi
239 Paus Klemens X 1670-1676 Emilio Altieri
240 Paus Innosensius XI 1676-1689 Benedetto Odescalchi
241 Paus Aleksander VIII 1689-1691 Pietro Ottoboni
242 Paus Innosensius XII 1691-1700 Antonio Pignatelli
243 Paus Klemens XI 1700-1721 Giovanni Francesco Albani
244 Paus Innosensius XIII 1721-1724 Michelangelo dei Conti
245 Paus Benediktus XIII 1724-1730 Pietro Francesco-Vincenzo
246 Paus Klemens XII 1730-1740 Lorenzo Corsini
247 Paus Benediktus XIV 1740-1758 Prospero Lambertini
248 Paus Klemens XIII 1758-1769 Carlo Rezzonico
249 Paus Klemens XIV 1769-1774 Giovanni Vincenzo Antonio
250 Paus Pius VI 1775-1799 Giovanni Angelo Braschi
251 Paus Pius VII 1800-1823 Barnaba-Gregorio-Chiaramonti
252 Paus Leo XII 1823-1829 Annibale della Genga
253 Paus Pius VIII 1829-1830 Fracesco Saverio Castiglioni
254 Paus Gregorius XVI 1831-1846 Bartolomeo Alberto
255 Paus Pius IX 1846-1878 Giovanni M. Mastai-Ferretti
256 Paus Leo XIII 1878-1903 Gioacchino Pecci
257 Paus Santo Pius X 1903-1914 Giuseppe Sarto
258 Paus Benediktus XV 1914-1922 Giacomo della Chiesa
259 Paus Pius XI 1922-1939 Achille Ratti
260 Paus Pius XII 1939-1958 Eugenio Pacelli
261 Paus Yohanes XXIII 1958-1963 Angelo Giuseppe Roncalli
262 Paus Paulus VI 1963-1978 Giovanni Battista Montini
263 Paus Yohanes Paulus I 1978 Albino Luciani
264 Paus Yohanes Paulus II 1978-2005 Karol Jozef Wojtyla
265 Paus Benediktus XVI 2005-sekarang Joseph Alois Ratzinger
READ MORE - NAMA PAUS KATOLIK ROMA

Selasa, 04 Mei 2010


DAFTAR TEMPAT ZIARAH GUA MARIA DI INDONESIA
Oleh : Nicolaus Sularno


1. Keuskupan Bogor

1. Gua Maria Bukit Kanada - Paroki Santa Maria
Tak Bernoda, Rangkasbitung.
2. Gua Maria Biara Santa Clara - Biara Suster
Santa Clara, Pacet, Sindanglaya, Cipanas.
3. Gua Maria Lembah Karmel -Lembah Karmel ,
Cikanyere, Cipanas Puncak.
4. katedral

2. Keuskupan Bandung

1. Gua Maria Sawer Rahmat - Cisantana, Cigugur, Kuningan.
2. Gua Maria Karmel - Biara Suster Karmel OCD - Paroki Santa Maria, Lembang, Bandung.
3. Gua Maria Tebar Kamulyan - Paroki Kristus Sang Penabur Subang.

3. Keuskupan Agung Jakarta

1. Gua Maria Bunda Penebus - Paroki St.Thomas Rasul, Bojong Indah, Jakarta Barat.
2. Gua Maria Fatima - Kompleks Biara Suster Gembala Baik RGS , Jakarta Timur.

4. Keuskupan Purwokerto

1. Gua Maria Kaliori - Kaliori, Purwokerto.
2. Gua Santa Maria Nusakambangan - Ds. Klaces, Kec.Pembantu Kampung Laut, Cilacap.

5. Keuskupan Agung Semarang

1. Gua Maria Kerep - Paroki St. Yusuf, Ambarawa.
2. Gua Maria Sendang Sriningsih - Dsn.Jali, Ds.Gayamharjo, Prambanan.
3. Gua Maria Sendang Ratu Kenya / Gua Hati Ibu Yang Bahagia - St. Ignatius, Danan,
Giriwoyo, Wonogiri.
4. Gua Maria Mojosongo - Paroki Santa Maria Regina Purbowardayan, Debegan, Solo.
5. Gua Maria Sendang Pawita Sinar Surya Tawangmangu - Paroki St. Pius X, Dusun Sendang,
Desa Panjang, Kec. Tawangmangu, Karang Anyar.
6. Gua Maria Marganingsih (= jalan mengalirnya rahmat) - Paroki Santa Maria Bunda Kristus,
Ds. Ngaren, Bayat, Klaten.
7. Gua Mawar Maria - Paroki Hati Tak bernoda SP Maria, Ds. Kembang Sari, Kec. Musuk -
Boyolali.
8. Gua Maria Sendang Sancta Rosa Mystica - Dsn Banyuurip, Ds Jelok, Kec. Tuntang, Kab.
Semarang.
9. Pertapaan Susteran Gedono Salatiga
10. Pertapaan St Maria Rawaseneng [1]
11. Goa Maria Ngaliyan - Panti asuhan wikrama putra semarang, Ngaliyan Semarang.
12. Gua Maria Ratu Rosari Juwana - Paroki adm. St. Maria la Salette, Juwana - Kab.Pati
13. Gua Maria Betlehem - Susteran Sang Timur - Kekancan Mukti Patoki St. Paulus
Sendangguwo Semarang

6. Kevikepan Yogyakarta

1. GUA MARIA LAWANGSIH (GUA ALAM - INDAH DAN EKSTOTIK) Stasi PELEMDUKUH,
Paroki NANGGULAN, Kulon Progo. CP. Rm. Ig. Slamet Riyanto, Pr 0857 4371 7676 Baru
dibuka pada tanggal 01 Oktober 2009. Gua ini adalah gua alam, yang terdiri atas lorong-
lorong panjang, penuh dengan stalagtit dan stalagmit yang indah. Lokasi gua dapat dijangkau
dengan mobil pribadi, sampai di bawah gua, tinggal jalan kaki 50 m sudah sampai depan gua
Maria Lawangsih. Pemandangan alam sangat indah. Pada malam hari, kota jogja terlihat
sangat indah dan eksotik dengan lampu berkedip kemilauan. Perjalanan menuju gua, bia
dinikmati sambil melihat pemandangan Laut pantai Selatan.
2. Gua Maria Lourdes, Sendangsono, Paroki Promasan, Kalibawang, Kulon Progo, Wates.
3. Gua Maria WATU BLENCONG, Borosuci, Paroki Boro, Banjarasri, Kalibawang, Kulon Progo,
DI Yogyakarta. Gua ini baru dibuka pada tanggal 1 Januari 2009 tepat pada hari raya Maria,
Bunda Allah.
4. Gua Maria Sendang Jatiningsih - Paroki St. Petrus dan Paulus, Ds.Jitar, Sumberagung,
Moyudan, Sleman.
5. Gua Maria Tritis - Paroki St. Petrus Kanisius, Dsn. Bulu, Ds. Giring, Kec. Paliyan, Kab.
Gunung Kidul - Wonosari.
6. Gua Maria Sendang Rosario - Ds.Ngijorejo, Kec.Wonosari, Wonosari.)
7. Salib Suci Gunung Sempu - Bantul, Yogyakarta.
8. Candi/Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus - Ganjuran, Bantul, Jowilayan, Yogyakarta.
9. Salib Suci dan Gua Maria Bunda Berduka Cita Gunung Sempu - Gereja Salib Suci, Paroki
Hati Kudus Yesus, Kec. Kasihan, Kab.Bantul.
10. Sumur Maria Kitiran Mas - Gereja St.Maria Assumpta, Pakem, Kaliurang.
11. Makam Romo Richardus Kardis Sandjaja, Pr - Paroki St. Antonius, Muntilan.

7. Keuskupan Malang

1. Gua Maria Sendang Purwaningsih - Paroki Purworejo, Kec.Donomulyo, Kab. Malang.
2. Gua Maria Sendang Retno Adi - Pertapaan Karmel/ Biara Suster Putri Karmel Ngadireso,
Tumpang, Poncokusumo, Malang.
3. Gua Maria Jatiningrum - Paroki Ratu Para Rasul, Curah Jati, Banyuwangi. Sebelum tahun
1995 bernama Gua Maria Waluyaning Tiyang Sakit.

8. Keuskupan Surabaya

1. Gua Maria Lourdes Puh Sarang - Paroki St. Vincentius a Paulo, Kec. Semen, Kediri.
2. Gua Maria Fatima Sendang Waluyojatiningsih - Klepu, Kec. Sooko, Kab. Ponorogo. [2]

9. Keuskupan Denpasar

1. Goa Maria Palasari Bali - Gereja Hati Kudus Yesus Palasari.
2. Goa Maria Air Sanih Bali

10. Keuskupan Agung Medan

1. Graha Bunda Maria Annai Velangkanni - Tanjung Selamat, Medan-Tuntungan, Sumatra
Utara.

11. Keuskupan Pangkal Pinang

1. Gua Maria Pelindung Segala Bangsa Belinyu - Paroki St. Perawan Maria Dikandung Tanpa
Noda, Bukit Mo Thian Liang (Bukit Menggapai Langit), Belinyu, Bangka.
2. Gua Maria Bunda Pelindung Teluk Dalam - Paroki Hati St. Perawan Maria Yang Tak
Bernoda, Pulau Bintan, Pantai Trikora Teluk Dalam, Tanjung Pinang.
3. Bunda Maria di Atas Perahu - Paroki St. Petrus, Galang Site II, Pulau Galang, Lubuk Baja,
Batam.
4. Gua Hati Tersuci Santa Perawan Maria - Paroki Beato Damian, Bengkong Harapan, Batam.
5. Gua Bunda Maria Lourdes "RATU DAMAI" - Paroki St. Petrus, Lubuk Baja, Nagoya, Batam.

12. Keuskupan Palembang

1. Gua Maria Ratu Rosari – Paroki St. Theresia, Kompleks Pondok Kristofel (Rumah Biara
SCJ), Jambi.

13. Keuskupan Tanjung Karang

1. Gua Maria Padang Bulan – Pringsewu, Lampung.
2. Gua Maria Fajar Mataram – Desa Merapi, Kel. Fajar Mataram – Kec.Seputih Mataram, Kab.
Lampung Tengah, Bandarjaya, Lampung.

14. Keuskupan Atambua

1. Gua Maria Lourdes Betun – 4 km dari Gereja St. Maria Fatima.
2. Gua Maria Bunda Pengantara Rahmat – Stasi Silawan, Paroki Stella Maris Atapupu, Timor
Tengah Utara.
3. Gua Maria Bitauni – Paroki St. Maria Penyelenggara Segala Rahmat, Kiupukan, Pos Kefa.
4. Gua Maria Kapela Wilain – Paroki St. Petrus Lahurus, Pos Atambua.

15. Keuskupan Larantuka

1. Gua Maria Wato Jong – Paroki St. Maria Diangkat ke Surga, Bama.

16. Keuskupan Agung Ende

1. Gua Maria Fatima – Paroki St. Perawan Maria yang Tak Bernoda, Lela, Maumere.

17. Keuskupan Agung Kupang

1. 'Gua Maria Lourdes' – Paroki Kristus Raja Kupang.

18. Keuskupan Amboina

1. Gua Maria Bunda Hati Kudus – Waur Melati, Pulau Seram. Pastoran Kamal Waisarisa –
Seram.
2. Gua Maria Panjang – 5 km dari kota Ambon.
3. Golgota di Masbait + Gua Maria – Masbait, Desa Klanit, daerah Langgur, Maluku Tenggara,
Kepulauan Kei Aru. Patung Kristus Raja di Olilit Saumlaki - Kab. Maluku Tenggara Barat

19. Keuskupan Manado

1. Gua Maria Bunda Bukit Karombasan – Paroki Hati Kudus Karombasan, Manado.
2. Gua Maria Redemtoris Mater – Paroki St. Yoseph, Manado Selatan. Jl. Gereja St.Yoseph 17,
Manado.
3. Gua Maria Bunda Hati Kudus – Desa Woloan, Tomohon. Pastoran Woloan.
4. Gua Maria Gunung Karmel - Desa Kiawa 1, Kawangkoan. Stasi Santo Yosep Pekerja
5. Gua Maria Taman Doa Kasuang - Paroki St. Antonius Padua Tataaran. Tondano

20. Keuskupan Agung Makassar

1. Gua Maria Balla – Pena, Polmas – Toraja Barat, Sulawesi Selatan. Pastoran Polewali, Jl.
Amanna Pattola 2, Polewali.
2. Gua Maria Watan Soppeng – Paroki St. Perawan Maria Bunda Peng- harapan, Jl. Samudera
48, Watan Soppeng, Sulawesi Selatan.
3. Gua Maria Sendang Mulyasari – Kota Unaaha, Kendari, Sulawesi Tenggara. Paroki Kendari,
Jl. Moh.Hatta 63A.

21. Keuskupan Agung Samarinda

1. Gua Maria Bukit Rahmat - Putak - Tenggarong - Kutai Kartanegara.
2. Gua Maria ParokiTanjung Isui - Tanjung Isui - Kutai Barat
3. Gua Maria Katedral Samarinda

22. Keuskupan Banjarmasin

1. Gua Maria Manikam Damai – Mandam, Hampang, Kota Baru.
2. Gua Maria Katedral Banjarmasin

23. Keuskupan Sanggau

1. Gua Maria Pusat Damai.

24. Keuskupan Sintang

1. Gua Maria Sejiram - Kapuas Hulu.
2. Gua Maria Tahta Kebijaksanaan Putussibau – (4 km dari pusat kota Putussibau), Jalan
Lintas Timur, Simpang Melapi – Kab. Kapuas Hulu.

25. Keuskupan Tanjung Selor

1. Gua Maria Sei Mentogog - 4 km dari jalan aspal Slipi, Pantai Amal Tarakan, 13 km dari
gereja Paroki St. Maria Immaculata, Jl. Jendral Sudirman 252, Kampung Baru, Tarakan –
Kalimantan Timur.

26. Keuskupan Agung Pontianak

1. Gua Maria Toho – Kec. Toho, Kab. Pontianak (15 km dari Anjungan / 77 km dari Pontianak)
– Paroki Katedral Patimura Pontianak.
2. Gua Maria Riam Merasap – Desa Segonde, Kec. Sanggau Ledo, Kota Bengkayang (Ibu Kota
Kab.Sambas) – Pontianak – Bengkayang 170 km; Bengkayang – Sanggau Ledo 67,5 km;
Sanggau Ledo – Lokasi 7,5 km. Paroki Santo Pius Bengkayang.
3. Gua Maria ratu Pencinta Damai Anjungan - Sungai Pinyuh, Anjungan ( 60 km dari
Pontianak) – Paroki Sungai Pinyuh.

Lain-lain

* Paroki Mimika - Papua
READ MORE -